Headlines News :
Home » » Kerajaan Turki Usmani Abad Pertengahan

Kerajaan Turki Usmani Abad Pertengahan

Written By Aajum on Saturday, February 4, 2012 | 5:25 AM


Sejarah Berdirinya            
            Berawal dari Bangsa Turki dari kabilah Oguz yang mendiami wilayah Kerajaan Mongol & Daerah utara negeri China, lalu pindah ke Turkistan, Persia dan Irak. Mereka masuk Islam pada abad ke-9 M, saat di Asia Tengah. Adanya serangan-serangan Mongol pada abad ke-13 M, membuat mereka melarikan diri ke arah barat dan mencari tempat tinggal di tengah-tengah saudara mereka, orang Turki Seljuk di dataran tinggi Asia Kecil. Di bawah pimpinan Ertogul, mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alauddin Kaikobad, sultan Seljuk yang kebetulan sedang berperang melawan Bizantium. Berkat bantuan mereka, Sultan Alauddin Kaikobad mendapat kemenangan dan menghadiahkan kepadanya sebidang tanah di Asia Kecil yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak itu, mereka mulai mengembangkan daerah itu.
            Pada tahun 1300 M, Bangsa Mongol menyerang Kerajaan Seljuk dan Sultan Alauddin Kaikobad terbunuh. Lalu kerajaan ini terpecah-belah , kemudian Usman menyatakan kemerdekaan dan berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya. Sejak itulah Kerajaan Turki Usmani dinyatakan berdiri.
          Tentang pemimpin pasukan turki usmani
          Ertogul : Pimpinan bangsa Turki dari kabilah Ogus yang mengabdikan diri pada Sultan Seljuk yang bernama Sultan Alauddin Kaikobad (meninggal pada tahun 1289 M).
          Usman (1290 M- 1326 M): Pendiri Kerajaan Turki Usmani, karena beliaulah yang menyatakan kemerdekaan kerajaan dan berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya. Selama pemerintahannya, Usman berhasil menduduki benteng-benteng Bizantium yang berdekatan dengan kota Broissa, Turki. Ia menyerang daerah perbatasan Bizantium dan Kota Broissa(1326 M dijadikan Ibu Kota kerajaan) pada tahun 1317 M.
          Orkhan (1326 M-1359 M): Kerajaan Turki Usmani menaklukan Izmir(smirna)tahun 1372 M, Tawasyanli (1330 M), Iskanderun (1338 M), Ankara (1354 M), dan Gallipoli (1356 M).
          Murad I (1359 M-1389 M): Melaksanakan ekspansi sampai ke benua eropa, yaitu: Adrianopel, Macedonia, Sofia, Salonika, dan seluruh wilayah utara Yunani.
          Sultan Bayazid I (1389 M- 1402 M): beliau berhasil menghancurkan pasukan Paus yang khawatir akan ekspansi yang dilakukan oleh Murad I, pasukan Paus dipimpin oleh Sijisman, raja Hongaria. Namun pada tahun 1402 M, tentara Mongol berhasil mengalahkan pasukan Turki Usmani dan Sultan Bayazid I tertawan hingga akhirnya wafat pada tahun 1403 M yang menyebabkan berhentinya ekspansi Kerajaan Turki Usmani.
          Murad II (1421 M- 1451 M): penerus usaha muhammad dalam mengadakan perbaikan-perbaikan dan meletakkan dasar-dasar keamanan dalam negeri  saat Mongol terpecah belah pasca wafatnya Timur Lenk (pemimpin pasukan tentara Mongol) pada tahun 1405 M. Pada masa ini, Kerajaan Turki Usmani mengalamin masa kejayaan pada masa Muhammad II yang bergelar Muhammad Al-Fatih.
          Muhammad Al-Fatih (1451 M- 1481 M): Pada masanya, KTU mengalami puncak kejayaan dan berhasil menguasai Konstantinnopel pada tahun 1453 M.
          Sultan Salim I (1512 M- 1520 M): berhasil menduduki Persia, Suriah, & Mesir.
          Sultan Sulaiman al-Qanuni (1520 M- 1566M): berhasil menduduki wilayah Irak, Belgrade, Pulau Rodes, Tunis, dan Yaman di Asia; Mesir, Libia, Tunisia, Aljazair di Afrika; Bulgaria, Yunani, Albani, Yugoslavia, Hongaria, dan Rumania di Eropa
Karena kemajuan dan perkembangan ekspansi negara ini yang demikian luas dan berlangsung dengan cepat itu diikuti pula dengan kemajuan-kemajuan dalam bidang-bidang kehidupan, antara lain : Militer, Pemerintahan, Ilmu Pengetahuan, Budaya, & Agama.
          a. Bidang militer
                Untuk pertama kalinya kekuatan militer negara ini mulai diorganisasi dengan baik adalah ketika terjadi kontak senjata dengan Eropa. Ketika itu, pasukan tempur Kerajaan Turki Usmani sudah terorganisasi. Pengorganisasian yang baik, taktik, dan strategi tempur militer KTU berlangsung tanpa halangan berarti. Namun, tidak lama setelah kemenangan tercapai, kekuatan militer ini melemah, kesadarn prajuritnya menurun, dan mereka merasa seperti pejabat-pejabat yang berhak menerima gaji. Akan tetapi, keadaan itu dapat diatasi oleh Orkhan dengan jalan mengadakan perombakan besar-besaran dalam tubuh militer.
                Pembaruan yang dilakukan Orkhan tidak hanya memindahkan pimpinan2 militer, tetapi juga merombak prajurit2nya dalam keanggotaan. Bangsa2 non-Turki dimasukkan ke dalam anggota. Bahkan anak2 Kristenyang masih kecil diasramakan dan dibimbing dalam suasana Islam untuk dijadikan prajurit. Program ini berhasil membentuk pasukan baru yang disebut pasukan Jenissari atau Inkisyariah. Pasukan inilah yang membuat KTU memiliki mesin perang yang sangat kuat dan memberikan dorongan yang sangat besar dalam penaklukan negeri2 nonmuslim.
                Di samping Jenissari, ada lagi prajurit dari tentara kaum feodal yang dikirim kepada pemerintah pusat. Pasukan ini disebut tentara militer Taujiah. Angkatan Laut juga dibenahi karena memiliki peranan yang besar dalam ekspansi KTU. Kekuatan yang tangguh itu membuat KTU dengan cepat mampu menguasai wilayah yang sangat luas, baik di Asia, Afrika, maupun Eropa. Faktor utama yang mendorong kemajuan di lapangan kemiliteran ini ialah tabiat bangsa turki itu sendiri yang bersifat militer, disiplin, dan patuh terhadap peraturan. Tabiat ini merupakan tabiat alami yang diwariskan oleh nenek moyang mereka di Asia Tengah.
          b. Bidang pemerintahan
                Keberhasilan ekspansi KTU dibarengi pula dengan terciptanya jaringan pemerintahan yang teratur. Dalam mengelola wilayah yang luas, sultan2 Turki Usmani senantiasa bertindak tegas. Dalam struktur pemerintahan, sultan merupakan penguasa tertinggi. Ia dibantu oleh sadr al-’azam (Perdana Menteri ) yang membawahi pasya (gubernur). Gebernur mengepalai daerah tingkat I. Di bawahnya terdapat beberapa orang az-zanaziq(bupati).
                Untuk mengatur urusan pemerintahan negara, Sultan Sulaiman I menyusun sebuah kitab Undang2. Kitab tersebut diberi nama Multaqa al-Abhur  yang menjadi dasar hukum di KTU hingga datangnya reformasi pada abad ke 19. berkat jasanya tersebut, Sultan Sulaiman I mendapat gelar Al-Qanuni.
          c. Bidang budaya
        Kebudayaan wilayah Turki Usmani merupakan perpaduan berbagai macam kebudayaan, di antaranya kebudayaan Persia, Bizantium, dan Arab. Dari kebudayaan Persia, mereka banyak mempelajari budaya-budaya tentang etika dan tata krama dalam istana raja-raja. Organisasi pemerintahan dan kemiliteran banyak mereka serap dari Bizantium. Ajaran prinsip ekonomi, sosial, kemasyarakatan, keilmuan, dan huruf, mereka terima dari Arab. Orang Turki Usmani memang dikenal sebagai bangsa yang suka dan mudah berasimilasi dengan bangsa asing dan terbuka untuk menerima kebudayaan. Bagaimana pun, sebelumnya mereka adalah orang nomad yang hidup di wilayah asia tengah.
          d. Bidang ilmu pengetahuan
                Sebagai bangsa yang berdarah militer, KTU lebih banyak memfokuskan kegiatan mereka dalam bidang kemiliteran. Dalam bidang ilmu pengetahuan mereka tidak begitu menonjol. Oleh karena itu, dalam khazanah intelektual Islam, kita tidak menemukan ilmuan terkemuka dari KTU. Meskipun demikian, mereka banyak berkiprah dalam pengembangan seni arsitektur Islam berupa bangunan2 masjid yang indah, seperti masji Al- Muhammadi atau Masjid Jami’ Sultan Muhammad al-Fatih, Masjid Agung Sulaiman, dan Masjid Abu Ayub al-ansari. Masjid2 tersebut dihiasi dengan kaligrafi yang indah. Salah satu masjid yang terkenal dengan keindahan kaligrafinya adalah masjid yang berasal dari gereja bernama Aya Sofia. Hiasan kaligrafi itu menjadi penutup gambar2 Kristiani yang ada sebelumnya.
                Sulaiman al-Qanuni juga membangun masjid, sekolah, rumah sakit, gedung, makam, jembatan, saluran air, vila, dan pemandian umum di berbagai kota. Menurut sebuah sumber, 235 buah bangunan itu dibangun di bawah koordinasi Sinan, seorang arsitek dari Anatolia.
          d. Bidang agama
                Dalam tradisimasyarakat Turki, agama mempunyai peranan besar di bidang sosial dan politik. Masyarakat digolong-golongkan berdasarkan agama. Kerajaan sendiri sangat terikat dengan syariat sehingga fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku. Oleh karena itu, ulama memiliki tempat tersendiri serta berperan besar dalam pemerintahan dan kehidupan masyarakat. Mufti, sebagai pejabat urusan agama tertinggi, berwenang memberi fatwa resmi atas segala permasalahan yang dihadapi masyarakat. Tanpa legitimasi Mufti, keputusan hukum kerajaan tidak dapat berjalan.
                Di pihak lain, kajian ilmu keagamaan, seperti fikih, ilmu kalam, tafsir, dan hadis tidak mengalami perkembangan yang berarti. Para penguasa cenderung menegakkan satu faham(mazhab) keagamaan dan menekan mazhab lainnya. Sultan Abdul Hamid II misalnya, ia begitu fanatik terhadap aliran Asy’ariyah.
          Nama-nama sultan kerajaan turki usmani
          Usman I (1300 - 1323 M)
          Orkhan I (1323 - 1360 M)
          Murad I (1360 - 1389 M)
          Bayazid I (1389 -1402 M)
          Muhammad I (1402 – 1421 M)
          Murad II (1421 – 1444 M)
          Muhammad II (1444 – 1446 M)
          Murad III (1446 – 1451 M)
          Muhammad III (1451 – 1481 M)
          Bayazid II (1481 – 1512 M)
          Salim I (1512 – 1520 M)
          Sulaiman I (1520 – 1566 M)
          Salim II (1566 – 1574 M)
          Murad IV (1574 – 1595 M)
          Muhammad IV (1595 – 1603 M)
          Ahmad I (1603 – 1617 M)
          Mustafa I (1617 – 1618 M)
          Usman II (1618 – 1622 M)
          Mustafa II (1622 – 1623 M)
          Murad V (1623 – 1640 M)
          Ibrahim (1640 – 1648 M)
          Muhammad V (1648 – 1687 M)
          Sulaiman II (1687 – 1691 M)
          Ahmad II (1691 – 1695 M)
          Mustafa II (1695 – 1703 M)
          Ahmad III (1703 – 1730 M)
          Mahmud I (1730 – 1754 M)
          Usman III (1754 – 1757 M)
          Mustafa III (1757 – 1774 M)
          Abdul Hamid I (1774 – 1789 M)
          Salim III (1789 – 1807 M)
          Mustafa IV (1807 – 1808 M)
          Mahmud II (1808 – 1839 M)
          Abdul Majid (1839 – 1861 M)
          Abdul Aziz (1861 – 1876 M)
          Murad VI (1876 M)
          Abdul Hamid II (1876 – 1909 M)
          Muhammad VI (1909 – 1918 M)
          Muhammad VII (1918 – 1922 M)
          Penyebab kemunduran kerajaan turki usmani
              Setelah Sultan Sulaiman meninggal dunia, terjadilah perebutan kekuasaan di antara putra-putranya. Hal in menyebabkan kemunduran Kerajaan Turki Usmani. Pemerintahan Kerajaan Turki Usmani berlangsung selama 7 abad. Kerajaan ini mulai melemah setelah berakhirnya masa pemerintahan Sultan Sulaiman al-Qanuni. Pada umumnya sultan yang menggantikan tidak berwibawa dan lemah dalam memimpin negara. Penyebab yang lain adalah banyaknya keluarga sultan hidup dalam kemewahan sehingga memboroskan keuangan negara. Kondisi ini menyebabkan beberapa wilayah Kerajaan Turki Usmani satu per satu lepas. Aljazair dan Tunisia direbut Prancis tahun 1830 M, Afrika Utara direbut Italia tahun 1911 M, dan Mesir direbut Inggris tahun 1917 M.
                Secara umum, penyebab mundurnya Kerajaan Turki Usmani adalah makin majunya negara-negara Eropa akibat adanya Revolusi Industri di Inggris. Selain itu, peran Turki Usmani sebagai perhubung perdagangan antara barat dan timur melemah dengan ditemukannya Tanjung Harapan.
Share this post :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. INTISARI QUR'AN - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger