Headlines News :
Home » » Makna Sholat Bagi Kehidupan

Makna Sholat Bagi Kehidupan

Written By Aajum on Wednesday, April 6, 2011 | 8:17 AM


SHOLAT adalah Sarana Hubungan Orang Langsung Atas Tuhan-Nya, bagi seorang hamba yang hendak
mengadakan hubungan secara Vertikal terhadap Allah. Ciri kedua orang yang dikatakan dapat berhungan dengan Allah Allah adalah membaca Al-Qur’an, karena dengan membaca Al-Qur’an berarti orang tersebut sedang berkomunikasi dengan Allah secara tidak langsung, dan membaca Al- Qur’an juga dikatakan sebagai Ahli Allah di dunia.


Dalam Islam diperintahkan agar manusia itu menjalankan dua hubungan, yaitu Hablum minalloh dan hablumminanas. Adapun orang dikatakan telah menjalin hubungan dengan Alloh atau secara vertikal, manakala seseorang telah mendi-rikan sholat dan telah gemar membaca al-Qur’an dan dikatakan telah menjalin hubungan dengan manusia atau horizontal, manakala orang tersebut telah membayar zakat dan menjalin hubungan shilaturrahim.
Sholat adalah perintah Al-lah langsung kepada rosulNya un-tuk dijalankan lima kali dalam se-hari semalam sebagai kewajiban yang tidak boleh di tinggalkan oleh siapapun yang mengaku sebagai hamba-Nya. Barang siapa yang de-ngan sengaja meninggalkan sholat, maka ia telah merobohkan agama, karena sholat adalah tiangnya aga-ma, bahkan dapat digolongkan ke-dalam golongan orang-orang yang kafir.”Na’udzu billahi min-dzalik” (aku berlindung kepada Allah dari yang demikian itu) semoga kita senantiasa dapat bimbingan dan perlindunganNya, Amiin.

Sholat adalah amalan kita umat Islam, yang pertama kali akan dihisab oleh Allah dan seba-gai tolok ukur akan ibadah-ibadah kita lainya. Manakala ibadah sholat kita lurus dan benar, maka insya Allah ibadah-ibadah lainya selain sholat akan dikatakan lurus dan benar.

Sholat sebagai amalan iba-dah yang digolongkan ke dalam satu-satunya jurus yang ampuh bagi umat Islam untuk membe-dakan seseorang itu menganut aga-ma Islam secara kaffah (totalitas) atau Islam sekedar KTP (kartu tan-da penduduk). Ketika orang-orang berkumpul mislanya, sebelum me-reka saling kenal satu sama lainya, mereka tidak akan tahu siapa yang muslim dan siapa yang bukan mus-lim, dan yang dapat membedakan adalah ketika mereka menjalankan SHOLAT pada waktunya.
Kebudayaan yang sering kita kenal dan ketahui seperti memakai baju koko, berjilbab, berpeci, tidaklah menjamin seseorang telah meme-luk Islam atau menjalankan ke-Islamanya. Kalau kita perhatikan dan mau jujur, diling-kungan ma-syarakat banyak non mus-lim yang memakai baju koko, berpeci dan bahkan berjilbab. tidak menjalan-kan sholat, menunda-nunda sholat, mengundur-undur waktu sholat tanpa ‘udzur yang pasti, meng-qodlo-qodlo sholat tanpa alasan yang jelas dan bahkan mening-galkan sholat dengan disengaja seolah-olah ia menentang Allah yang Kuasa.Allah telah mem-berikan ancaman bagi hamba-Nya “CELAKALAH BAGI ORANG-ORANG YANG SHOLAT, YAITU BAGI ORANG-ORANG YANG LA-LAI DALAM SHO-LATNYA” (QS. Al-Ma’un 4-5).

Kalau melihat firman Allah tersebut, orang yang sholat saja dapat digolongkan celaka, apalagi orang ya-ng meninggalkan sholat dengan se-ngaja.
Allah telah memberikan janji dengan janji yang benar ke-beradaanya, yaitu :
“beruntunglah bagi orang-orang yang menjalankan sholatnya de-ngan khusyu”
(qs. al-mukminun: 1-2).

D. MAKNA SHOLAT DALAM KEHIDUPAN
Ibadah sholat disamping se-bagai amalan yang fardlu bagi umat Islam sehari semalam lima waktu, kalau kita perhatikan ban-yak makna tersirat yang terkan-dung dalam gerakan sholat tersebut disamping gerakan-gerakan sholat itu sendiri termasuk gerakan-gera-kan olah raga. Makna-makna tersi-rat gerakan sholat itu sendiri antara lain:
1. Niat
Niat sholat adalah gerakan hati yang mengandung makna yang sangat tinggi dalam me-ngontrol setiap gerakan dari pertama sampai akhir sholat.
Tanpa niat yang benar, ma-ka sholat tidak akan khusu’ dan bahkan sholat dapat dika-takan tidak sah. Maka apapun yang kita perbuat dalam kehidupan kuncinya adalah pada “niat”.
2. Takbirotul Ikhram
Mengangkat tangan pada sholat terletak pada empat ge-rakan dlam sholat, yaitu saat takbirotul ikhram, I’tidal seha-bis ruku’,setelah bangkit dari sujud untuk berdiri tegak, dan setelah tahiyyat awal, ini me-ngandung makna tersirat dalam kehidupan, bahwa orang Islam harus menanamkan sikap hor-mat terhadap orang lain di setiap empat penjuru arah mata angin. Dan menyadarkan diri akan kehidupan manusia me-lalui empat alam kehidupan yang dilewatinya dangan tetap menghormat pada ketentuan-ketentuan Allah, yaitu alam kandungan, dunia, kubur dan akhirat.
3. Berdiri tagak/I’tidal
Saat berdiri tegak ketika sholat mengandung makana, dimana-pun kita harus menja-lankan ibadah ini sesuai garis yang telah ditentukan yakni Shirotol mus-taqim, dan lurus dalam pendirian sebagai cermin kepribadian sese-orang.

4. Ruku’
Gerakan ruku mengandung nilai orang muslim hendaknya se-nantiasa dalam kehidupanya bersikap tawadlu (rendah hati) ke-pada siapapun. Orang yang ber-sikap tawadhu, mereka tahu posisi mereka dimanapun ia berada. Seorang yang tawadhu bukanlah identik sebagai seorang yang mis-kin, akan tetapi cerminan hati yang tidak som-bong dan rakus dalam kehi-dupan. Karena sebenarnya mereka kaya dan mampu, tetapi tidak mau menonjolkan didepan orang lain.
5. Sujud
Gerakan sujud mengandung makna, setiap orang yang menja-lankan sholat diharapkan mampu menyadarkan diri bahwa kita se-mua adalah kecil dihadapan Allah. Kita milik Allah, dengan Allah dan akan kembali kepada Allah..
6. Duduk
Gerkan ini menunjukan ke-pada kita agar kita senantiasa se-lalu siap menerima segala ke-putusan keputusan dari Allah, kita dipandang sama di hada-pan Allah, baik dikala berdiri, duduk maupun berbaring, melainkan yang membe-dakan hanyalah taqwanya. Dan pa-da gerakan ini kita diperintahkan secara tidak langsung agar senan-tiasa berusaha mengetahui setiap keputusan-keputusan Allah kepada setiap ciptaan-Nya.
7. Salam
Gerakan salam menunjukan kepada kita, agar kita senantiasa menjalin keakraban dengan sesama manusia dan makhluk- makhluk Allah lainnya

E. FAKTOR-FAKTOR MENGAPA ORANG ENGGAN MENDIRI-KAN SHOLAT
1. Kurangnya pengetahuan ilmu agama
Orang yang tahu tentang sya-riat agama ia tidak akan meninggalkan sholat, kapanpun, dimanapun, darimanapun, dan bagaimanapun ia berada pasti tidak akan me-ninggalkan sholat.
Allah swt berfirman:
    
     
       
    
     
    
   ••  
    
   
    
149. dan dari mana saja kamu keluar (datang), Maka Palingkanlah waja
hmu ke arah Masjidil haram, Sesung
guhnya ketentuan itu benar-benar sesuatu yang hak dari Tuha
nmu. dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.
150. dan dari mana saja kamu (keluar), Maka Palingkanlah waja
hmu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu (sekalian) berada, Maka Palingkanlah wajahmu ke arah
nya, agar tidak ada hujjah bagi manu
sia atas kamu, kecuali orang-orang yang zalim diantara mereka. Maka ja
nganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku (sa
ja). dan agar Ku-sempurnakan nikmat-Ku atasmu, dan supaya kamu mendapat petunjuk.(QS,2: 149-150)

Nabi saw bersabda:
“Sholat itu tiang agama, maka barangsiapa mendirikan sho
lat, ia telah mendirikan agama, dan barang siapa meninggal
kan sholat maka ia sungguh-sungguh telah merobohkan aga
ma.
2. Tidak ada motivasi untuk men
dirikan sholat dan belajar ilmu agama
Sikap seseorang yang serba cu-kup “merasa”. Seperti merasa cukup ilmunya, merasa pandai dalam ilmu agama, terkadang ia lupa akan dirinya,lupa akan kewajibanya setiap lima waktu-nya dan bahkan ia melupakan Tuhan-Nya.
3. Malu bertanya
Malu bertanya akan keku-rangan ilmu agama yang dimilikinya akan semakin memojokan dirinya dalam kewajiban-kewajiban syariat aga-ma dan bahkan akan menjauhkan diri dari ritual-ritual keagamaan yang dihadapinya
4. Tidak ada dorongan dari Ortunya
Orang tua sangat berpengaruh da-lam pendidikan agama bagi anak-anaknya, anak merupakan amanat Alloh yang dibebankan kepada orang tuanya. Manakala orang tua itu mendidik dengan dasar-dasar agama yang kuat, maka niscaya anak akan tum-buh dengan kepri-badian mus-lim yang sempurna sampai akhir hayatnya.
Kurangnya pondasi agama pada diri anak dan kurangnya suri tauladan serta dorongan yang kuat dari orang tua, men-jadikan anak semakin menga-baikan terhadap ajaran-ajaran agama.
Nabi SAW bersabda:
“Perintahkan anak-anakmu se-kalian untuk mengerjakan sho-lat ketika berumur tujuh tahun, dan pukulah mereka karena mening-galkan sholat ketika berumur sepuluh tahun, dan pisahkanlah diantara merke tempat-tempat tidurnya” (HR.. Ahmad dan Abu Daud).
5. Pengaruh lingkungan
Lingkungan dimana kita diam, kerap kali juga berpengaruh besar terhadap kepribadian se-seorang. Manakala seseorang di didik dalam keluarga dengan pondasi yang kuat beragama dan berada dalam ling-kungan yang mendukungnya, maka in-sya Alloh, orang tersebut akan menjadi muslim yang sempur-na.
Manakala seseorang di didik dalam lingkungan keluarga ya-ng agamis tetapi lingkungan sekitar tidak mendukungnya, maka kemung-kinan anak akan tumbuh menjadi orang yang beragamais dan ke-mungkinan akan menjadi orang yang kafir.
Nabakala anak di didik dalam lingkungan keluarga yang tidak agamis dan lingkungan yang tidak mendukungnya maka anak akan tumbuh menjadi orang yang non muslim.
6. Di tutup mata hatinya
Seseorang yang telah ditutup mata hatinya, maka selama hidupnya akan mengalami ke-sesatan dan hanya Allohlah yang akan memberi petunjuk-Nya kepada yang Dia ke-hendaki. Alloph swt berfirman:
     
      
  
7. Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan pengli-hatan mereka ditutup. dan bagi mereka siksa yang Amat berat.(QS. Al-Baqoroh: 7)

Bagaimanapun banyaknya ma-teri agama yang disampaikan , ia takan dapat menerimanya, karena hati, pendengaran dan mata telah ditutupnya.
Inilah yang dikatakan telah mati petunjuk dari Alloh kepa-danya, dan orang seperti ini di-katan jahilun, yang menurut Syaikh Sunan Gunung Jati di-katakan:
“Orang yang bodoh sebenar-nya sudah telah mati sebelum ke-matianya, tetapi orang ‘alim atau pandai mereka tetap hidup sepanjang masa sekali-pun ia sudah mati”

WALLOHU A’LAM BISSHOWAB
Share this post :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. INTISARI QUR'AN - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger