إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بالله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إلهَ إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ الله كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ الله وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه و سلم وَشَرَّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ. اللهم صَل عَلَى مُحَمدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلمْ.
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
Setelah kita mengucapkan
kalimat tahmid dan tahlil sebagai bentuk
sanjungan dan pujian kita kepada Allah, tiada kata dan ungkapan yang lebih
patut kita sampaikan dalam majelis yang mulia ini melainkan wasiat takwa.
Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam
telah memberikan kepada kita teladan dalam wasiat takwa ini. Di mana beliau
telah berwasiat kepada para sahabat beliau untuk bertakwa. Sebagaimana yang
diriwayatkan oleh at-Tirmidzi. Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda
:
اِتَّقِ الله حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ.
"Bertakwalah kepada Allah di
mana pun kamu berada, ikutilah perbuatan yang buruk dengan perbuatan yang baik
agar ia menghapuskannya, dan berakhlak baiklah kepada semua manusia."(dihasankan al-Albani di Shahih Sunan at-Tirmidzi).
Hadits yang mulia ini, dengan sangat
jelas memberikan penjelasan kepada kita bahwa ketakwaan itu tidak terbatas pada
waktu dan tempat tertentu. Artinya, seorang Muslim harus bertakwa dimana pun
dan kapan pun, dalam situasi dan kondisi apa pun. Takwa adalah pakaian seorang
Mukmin sejati. Takwa adalah bekal paling baik bagi seorang hamba untuk menempuh
perjalanan bertemu Allah, dan takwa adalah benteng diri yang paling kokoh untuk
melindungi diri kita dari kemaksiatan dan penyimpangan. Hanya masalahnya, takwa
tidaklah semudah diucapkan dengan lisan. Apa yang dipahami oleh para sahabat
Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam dari kalimat yang agung ini, tidaklah
sesederhana yang kita tangkap dengan pendengaran, tidak pula sebatas rutinitas
yang sering kita dengar setiap kali seorang khatib memulai khutbahnya; mudah
kita ucapkan, namun kita acapkali susah dalam mencernanya apalagi
merealisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Takwa adalah sebagaimana yang
diartikan oleh seorang sahabat :
اَلتَّقْوَى هُوَ: الْخَوْفُ بِالْجَلِيْلِ، وَالْعَمَلُ بِالتَّنْزِيْلِ، وَالرِّضَى بِالْقَلِيْلِ وَالْإِسْتِعْدَادُ بِيَوْمِ الرَّحِيْلِ.
"Takwa adalah perasaan takut
kepada Yang Mahaagung, mengamalkan apa yang diturunkan dari Allah, merasa cukup
dengan rizki yang sedikit dan mempersiapkan diri untuk menghadapi Hari
Akhir." Yaitu, hari yang digambarkan
Allah sebagai :
يَوْمَ لاَيَنفَعُ مَالٌ وَلاَبَنُونَ إِلاَّ مَنْ أَتَى اللهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
"Hari di mana harta dan
anak-anak laki-laki tidak berguna. Kecuali orang-orang yang menghadap Allah
dengan hati yang bersih." (Asy-Syu'ara`:
88 - 89).
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
Sesungguhnya bagian manusia dari
dunia ini adalah hanya sebatas umurnya. Apabila seseorang menabur benih dengan baik
di dunia, maka ia akan memanen pahala yang melimpah di akhirat nanti. Orang
yang melakukan transaksi yang menguntungkan adalah; dengan beriman kepada Allah
dan RasulNya, kemudian berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa raganya,
maka di akhirat ada Surga Adn yang menanti. Tapi apabila sebaliknya, umur yang
ada hanya diisi dengan keburukan, kesia-siaan, menumpuk dosa, dan mengejar
kesenangan nafsunya, maka sungguh, semua itu adalah kerugian yang nyata.
Perhatikan Firman Allah Subhanahu Wata'ala :
وَالْعَصْرِ . إِنَّ الإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ . إِلاَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ .
"Demi masa. Sesungguhnya manusia
itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal shalih dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat
menasihati supaya menetapi kesabaran." (Al-Ashr: 1-3).
Al-Imam asy-Syafi'i menafsiri ayat
ini, "Kalau seandainya Allah tidak menurunkan hujjah atas hamba-hambaNya
kecuali surat ini, niscaya surat ini cukup bagi mereka."
Artinya, orang yang tidak beriman,
tidak beramal shalih, tidak saling menasihati dengan kebenaran dan tidak saling
menasihati dengan kesabaran, maka dia adalah tipe manusia yang paling merugi di
akhirat. Dan sebaliknya, bagi orang yang beriman dan beramal shalih, adalah
sebagaimana janji Allah di dalam ayat ini :
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَاكَانُوا يَعْمَلُونَ
"Barangsiapa yang beramal
shalih, baik laki-laki maupun perempuan dan dia (dalam keadaan) beriman, maka
sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupn yang baik, dan sesungguhnya
akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan." (An-Nahl:
97).
Jamaah Jum'at yang Dirahmati Allah
Jamaah Jum'at yang Dirahmati Allah
Ingat baik-baik, bahwa sekecil apa
pun amal yang kita lakukan, pasti kita akan dapatkan balasannya. Tidak akan ada
yang luput dari pengadilan Allah Subhanahu Wata'ala. Dan ingat pula bahwa kita
semua pasti akan kembali kepada Allah, dan bahwa dunia ini penuh dengan tipu
daya yang membuat kita lupa, Allah Subhanahu Wata'ala telah jauh-jauh hari
memperingatkan hal ini. FirmanNya :
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لاَتُرْجَعُونَ
"Maka apakah kamu mengira, bahwa
sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu
tidak akan dikembalikan kepada Kami." (Al-Mu`minun: 115).
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
Karenanya, orang yang berakal adalah
orang yang dapat menghitung amalan dirinya sebelum Allah Subhanahu Wata'ala
menghitungnya. Dia merasa takut akan dosa-dosanya yang dapat menyebabkan
kehancurannya. Karena ajal senantiasa mengintai kehidupan setiap orang, dan
kematian selalu siap menyudahinya. Setiap yang bernyawa pasti akan mati. Kapan
pun Allah menghendaki, maka tidak ada seorang pun yang dapat menundanya atau
memajukannya, sekali pun sekejap. Allah Subhanahu Wata'ala berfirman :
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُورِ
"Tiap-tiap yang berjiwa akan
merasakan mati. Dan sesungguhnya pada Hari Kiamat sajalah disempurnakan
pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka
sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan
yang memperdayakan." (Ali Imran:
185).
Dan Allah Subhanahu Wata'ala juga berfirman :
Dan Allah Subhanahu Wata'ala juga berfirman :
لِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ إِذَا جَآءَ أَجَلُهُمْ فَلاَيَسْتَئْخِرُونَ سَاعَةً وَلاَيَسْتَقْدِمُونَ
"Tiap-tiap umat mempunyai ajal.
Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya
barang sesaat pun dan tidak (pula) mendahulukan(nya)." (Yunus: 49).
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
Di akhir kehidupan kita, kita wajib
meraih Khusnul Khatimah; yaitu dengan beramal shalih secara
berkesinambungan dan bertaubat terus menerus dari dosa dan noda. Sebesar apa
pun dosa yang dilakukan seorang Muslim, pintu taubat tetap terbuka baginya, dan
seorang Muslim tidak boleh berputus asa dari ampunan Allah Subhanahu Wata'ala.
Akhir hidup seseorang, baik dan buruknya tidak ada seorang pun yang dapat
mengetahuinya. Baik dan buruknya akhir hidup seseorang ditentukan oleh baik dan
buruknya amalan di akhir hidupnya.
Barangkali ada titik yang menimbulkan
pertanyaan dalam masalah ini; yaitu bagaimana menjembatani antara akhir hidup
yang telah ditakdirkan Allah dengan kewajiban kita untuk berusaha meraih Husnul
Khatimah.
Jawabannya adalah hadits Rasulullah
sallallahu ‘alaihi wasallam, di mana beliau telah bersabda :
مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا وَقَدْ كُتِبَ مَقْعَدُهُ مِنَ النَّارِ وَمَقْعَدُهُ مِنَ الْجَنَّةِ.
"Setiap seorang di antara kalian
tangguh telah dituliskan tempatnya di neraka dan tempatnya di surga."
قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ الله، أَفَلَا نَتَّكِلُ عَلَى كِتَابِنَا وَنَدَعُ الْعَمَلَ؟
"Mereka bertanya, 'Wahai
Rasulullah, apakah tidak lebih baik kami bersandar saja kepada ketetapan kami
itu dan meninggalkan beramal?”
قَالَ: اِعْمَلُوْا، فَكُلٌّ مُيَسَّرٌ لِمَا خُلِقَ لَهُ؛ أَمَّا مَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ السَّعَادَةِ فَيُيَسَّرُ لِعَمَلِ أَهْلِ السَّعَادَةِ، وَأَمَّا مَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الشَّقَاءِ فَيُيَسَّرُ لِعَمَلِ أَهْلِ الشَّقَاوَةِ.
"Beliau menjawab, 'Beramallah,
karena sesungguhnya setiap orang dimudahkan kepada apa dia diciptakan, adapun
orang yang termasuk dari golongan yang berbahagia, maka akan dimudahkan baginya
kepada amalan orang-orang yang mendapatkan kebahagiaan, dan adapun orang yang
termasuk dari golongan yang celaka, maka dia dimudahkan kepada amalan
orang-orang yang celaka."
Dan kemudian beliau membaca Firman
Allah Subhanahu Wata'ala :
فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى . وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى . فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى . وَأَمَّا مَن بَخِلَ وَاسْتَغْنَى . وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَى . فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى
"Adapun orang yang memberikan
(hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang
terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya (jalan) yang mudah.
Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan
pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang
sukar." (Al-Lail: 5-10). (Diriwayat-kan
oleh al-Bukhari no. 4949; dan Muslim no. 2647).
Hadits di atas dengan jelas
menunjukkan bahwa kebahagiaan dan kesengsaraan di akhir hayat seseorang telah
Allah tentukan di dalam takdirnya, dan juga berdasarkan penutup amalnya;
sehingga keduanya merupakan sebab secara bersamaan. Dan inilah yang disinyalir
oleh sabda Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam :
وَإِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيْمِ.
"Sesungguhnya amal perbuatan
(ibadah) itu hanya berdasarkan (akhir) penutupnya." (HR. al-Bukhari no. 6607).
Jamaah Jum'at yang Disayang Allah
Jamaah Jum'at yang Disayang Allah
Maka, barangsiapa yang telah
mengikuti tuntunan Allah dan NabiNya, hendaklah senantiasa berusaha istiqamah
dalam kebaikan, dengan harapan dia dapat meraih akhir hidup yang baik. Dan
kalau pernah terlanjur berbuat dosa, maka bersegeralah untuk bertaubat. Seorang
manusia tidak akan pernah tahu kapan akhir hayatnya tiba, dan karena itu dia
harus berusaha dengan segenap usaha dan doa agar menutup lembaran hidupnya
dengan kebaikan.
بَارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَجَعَلَنَا اللهُ مِنَ الَّذِيْنَ يَسْتَمِعُوْنَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ أَحْسَنَهُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِـرُ الله لِيْ وَلَكُمْ.
KHUTBAH KEDUA :
اَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إله إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ،
قَالَ الله تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ:
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
Marilah kita menengok para salafus
shalih, bagaimana mereka menyikapi akhir hayatnya, dengan harapan dapat menjadi
peringatan dan pelajaran bagi kita.
Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah
meriwayatkan dari Abu Nadhrah, "Bahwasanya seorang laki-laki dari sahabat
Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam, dikenal dengan nama Abu Abdullah, dijenguk
oleh sahabat-sahabatnya, dalam keadaan menangis. Mereka bertanya, 'Apa yang
membuatmu menangis? Bukankah Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam pernah
bersabda kepadamu :
خُذْ مِنْ شَارِبِكَ ثُمَّ أَقِرَّهُ حَتَّى تَلْقَانِيْ.
'Ambillah sebagian dari minumanmu ini
kemudian jadikanlah sebagai suguhan buat tamu(mu), sampai kamu bertemu
denganku?'
Sahabat tersebut menjawab, "Benar, akan tetapi saya mendengar Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda “
Sahabat tersebut menjawab, "Benar, akan tetapi saya mendengar Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda “
إِنَّ الله غزّ وجلّ قَبَضَ بِيَمِيْنِهِ قَبْضَةً وَأُخْرَى بِالْيَدِ الْأُخْرَى وَقَالَ هذه لهذه وهذه لهذه وَلَا أُبَالِيْ.
"Sesungguhnya Allah menggenggam
satu genggaman dengan tangan kanannya dan satu genggaman lainnya dengan
tanganNya yang lainnya, dan berfirman, 'Yang ini adalah untuk yang ini (surga)
dan yang ini adalah untuk yang ini (neraka) dan aku tidak peduli'. Dan aku
tidak tahu ada di genggaman yang mana aku berada." (HR. Ahmad, no. 17087).
Para salaf berkata; "Tidaklah
mata ini menangis kecuali karena memikirkan takdir akhir hayat yang telah
ditentukan oleh Allah Subhanahu Wata'ala."
Suatu ketika Sufyan ast-Tsauri
didapati gelisah dan resah karena memikirkan akhir hayatnya, bahkan dia
meneteskan air mata seraya berkata, "Aku khawatir kalau aku termasuk orang
yang sengsara di dalam kitab induk (catatan takdir Allah), dan aku takut Iman
akan dicabut dariku ketika (menghadapi) kematian." (Diri-wayatkan oleh Abu
Nu'aim dalam al-Hilyah).
Diceritakan bahwa Malik bin Dinar
selalu bangun malam sambil memegangi janggutnya dan berkata, "Ya Rabbi,
sungguh Engkau telah mengetahui penduduk surga dari penduduk neraka, maka ada
di mana Malik (bin Dinar) di antara keduanya?" (Diriwa-yatkan oleh Abu
Nu'aim dalam al-Hilyah).
Demikianlah gambaran ketakwaan para
salafus shalih, mereka selalu khawatir dan was-was terhadap akhir hayat dan
kehidupannya, dan tentu saja kita berharap bisa mengambil pelajaran dari semua
itu. Ingat baik-baik, bahwa kita semua pernah melakukan dosa, dan karenanya
kita harus waspada akan akibat dari dosa-dosa kita. Jangan sampai sekian
banyaknya peringatan Allah, berupa bencana, cobaan, gempa, tsunami, tanah
longsor, banjir, angin puyuh, gunung meletus, tidak pernah membuat kita sadar
akan akhir hidup kita. Allah Subhanahu Wata'ala berfirman :
أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللهِ فَلاَيَأْمَنُ مَكْرَ اللهِ إِلاَّ الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ
"Maka apakah mereka merasa aman
dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiadalah yang merasa aman dari azab
Allah kecuali orang-orang yang merugi." (Al-A'raf: 99).
Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata,
"Sesungguhnya perbuatan dosa, maksiat, dan kecondongan kepada hawa nafsu,
pengaruhnya akan mendominasi pelakunya ketika menjelang kematian dan setan akan
menguatkannya, maka berkumpul padanya dua kekalahan dengan lemahnya keimanan,
sehingga dia akan terjatuh pada akhir hidup yang tidak baik".
Jamaah Jum'at Rahimakumullah
Jamaah Jum'at Rahimakumullah
Kita memohon kepada Allah agar
berkenan menutup hidup kita di dunia ini dengan baik, dan melimpahkan kepada
kita rahmat dan ampunanNya.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اللهم بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اللهم اغْـفِـرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْـفِـرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اللهم إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اللهم إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيْعِ سَخَطِكَ. وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَصَلى الله عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
وَسَلَّمَ.
Post a Comment