A. Kompetensi Inti:
(KI-1) Menghayati
dan mengamalkan ajaran agama yang
dianutnya;
(KI-2) Mengembangkan
perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah
lingkungan, gotong royong, kerjasama,
cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari
solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia;
(KI-3) Memahami
dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah;
(KI-4) Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan
ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian:
2.5
|
Menunjukkan sikap semangat menuntut ilmu dan
menyampaikannya kepada sesama sebagai implementasi dari pemahaman Q.S.
At-Taubah (9): 122 dan hadits terkait
|
3.7
|
Memahami
Q.S. At-Taubah (9) : 122 dan hadits terkait tentang semangat menuntut ilmu,
menerapkan dan menyampaikannya kepada sesama
Indikator:
3.7.1 Mampu menjelaskan pengertian Ilmu
3.7.2 Mampu menjelaskan kiat-kiat untuk mendapatkan ilmu
3.7.3 Mampu mengidentifikasi hikmah dan manfaat menuntut ilmu
3.7.4 Mampu menunjukkan perilaku yang
menunjukkan orang yang memiliki ilmu
|
4.5
|
Menceritakan tokoh-tokoh teladan dalam semangat mencari
ilmu
Indikator:
Mampu
menceritakan beberapa tokoh teladan dalam nenuntut ilmu
|
C. Tujuan
Pembelajaran:
Melalui kegiatan mengamati,
menanya, mendiskusikan, menyimpulkan dan mengomunikasikan, peserta didik
diharapkan:
1.
Mampu
menjelaskan pengertian Ilmu
2.
Mampu
menjelaskan kiat-kiat untuk mendapatkan ilmu
3.
Mampu mengidentifikasi hikmah dan manfaat menuntut
ilmu
4.
Mampu menunjukkan perilaku yang menunjukkan orang
yang memiliki ilmu
5.
Mampu menceritakan beberapa tokoh
teladan dalam nenuntut ilmu
D. Materi Pembelajaran:
1. Fakta:
-
Banyaknya anak usia sekolah yang
tidak melanjudkan ke jenjang yang lebih tinggi
-
Banyaknya siswa yang malas belajar,
kurangnya respon siswa ketika mengikuti kegiatan pembelajaran
2. Konsep:
-
Semangat dalam menuntut ilmu
-
Kiat-kiat dalam menunut ilmu
3. Prinsip
- Pengertian
ilmu
-
Manfaat dan hikmah menuntut
ilmu
Ringkasan
materi
a.
Kata ilmu dalam bahasa Indonesia
berasal dari kata al-‘ilmu dalam bahasa Arab. Secara bahasa (etimologi)
kata al-‘ilmu adalah bentuk masdar atau kata sifat dari kata `alima –
ya`lamu- `ilman. Dijelaskan bahwa lawan kata dari al-‘ilmu adalah al-jahl
(bodoh/tidak tahu). Sehingga jika dikatakan
alimtu asy-syai’a berarti “saya mengetahui sesuatu”.
Sementara secara
istilah (terminologi) ilmu berarti pemahaman tentang hakikat sesuatu Ia juga
merupakan pengetahuan tentang sesuatu yang diketahui dari dzat (esensi),
sifat dan makna sebagaimana adanya. Dalam kitab Tafsir Aisar at-Tafaasir dijelaskan
bahwa:
Artinya : “Ilmu itu adalah jalan menuju rasa takut kepada Allah, barang
siapa yang tidak mengenal Allah, maka dia tidak mempunyai rasa takut
pada-Nya. Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya hanyalah
ulama”
b.
Menuntut ilmu merupakan kwajiban bagi
sitiap muslim, dengan ilmu seseorang akan dapat memenuhi kebutuhan duniawi
maupun ukhrawi.
c.
Ilmu bisa deperoleh hanya dengan cara
dan etika yang benar serta sabar menghadapi cobaan.
d.
Islam telah memberikan tuntunan
menuntun ilmu yang benar sehingga bisa bermanfaat bagi diri sendri dan orang
lain.
e.
Ilmu merupakan identitas manusia yang membedakannya dengan makhluk lain
f. Ilmu tidak bisa diperoleh dengan mudah, dibutuhkan
syarat-syarat khusus diantarangan adalah patuh kepada orang tua dan guru agar
mendapatkan ilmu yang manfaat dan barakah.
g. Orang tua dan guru harus dihormati, jika mereka masihi
hidup kita harus sopan dan santun serta tidaka mnyakiti hati mereka, jika sudah
meninggal arus kita doakan.
h. Ulama terdahulu telah mencontohkan cara-cara yang
dilakukan sehingga memperoleh ilmu yang membawa manfaat bagi kita sampai
sekarang.
Berikut
ini beberapa kisah menakjubkan tentang kesungguhan para Ulama dalam menuntut
ilmu :
1) Kesabaran dan Kesungguhan Menuntut Ilmu
Ibnu
Thahir al-Maqdisy berkata : ”Aku dua kali kencing darah dalam menuntut ilmu
hadits, sekali di Baghdad dan sekali di Mekkah. Aku berjalan bertelanjang kaki
di panas terik matahari dan tidak berkendaraan dalam menuntut ilmu hadits
sambil memanggul kitab-kitab di punggungku”.
2) Belajar Setiap Hari
Al-Imam an Nawawy setiap
hari membaca 12 jenis ilmu yang berbeda (Fiqh, Hadits, Tafsir, dsb..)
3) Membaca
Kitab Sebagai Pengusir Kantuk
Ibnul Jahm
membaca kitab jika beliau mengantuk, pada saat yang bukan semestinya. sehingga
beliau bisa segar kembali.
4) Berusaha Mendapatkan Faidah Ilmu Meski Di Kamar Mandi
Majduddin
Ibn Taimiyyah (Kakek Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah) jika akan masuk kamar mandi
berkata kepada orang yang ada di sekitarnya: “Bacalah kitab ini dengan suara
keras agar aku bisa mendengarnya di kamar mandi”.
5) Kemampuan
Membaca Yang Luar Biasa
Ibnul Jauzy
sepanjang hidupnya telah membaca lebih dari 20.000 jilid kitab.
Al-Khothib
al-Baghdady membaca Shahih al-Bukhari dalam 3 majelis ( 3 malam), setiap malam
mulai ba’da Maghrib hingga Subuh (jeda sholat)
Catatan :
Shahih alBukhari terdiri dari 7008 hadits, sehingga rata-rata dalam satu
kali majelis (satu malam) dibaca 2336 hadits.
Abdullah bin
Sa’id bin Lubbaj al-Umawy dibacakan kepada beliau Shahih Muslim selama seminggu
dalam sehari 2 kali pertemuan (pagi dan sore) di masjid Qurtubah Andalus
setelah beliau pulang dari Makkah.
6) Mengulang Membaca
Suatu Kitab Hingga Berkali-Kali
Al-Muzani
berkata: ”Aku telah membaca kitab arRisalah (karya asy-Syafi’i) sejak 50
tahun lalu dan setiap kali aku baca aku menemukan faidah yang tidak ditemukan
sebelumnya”.
Gholib
bin Abdirrahman bin Gholib al-Muhaariby telah membaca Shahih alBukhari sebanyak
700 kali.
7) Kesungguhan Menulis
Ismail
bin Zaid dalam semalam menulis 90 kertas dengan tulisan yang rapi.
Ahmad bin
Abdid Da-im al-Maqdisiy telah menulis/menyalin lebih dari 2000 jilid
kitab-kitab. Jika senggang, dalam sehari bisa menyelesaikan salinan 9 buku.
Jika sibuk dalam sehari menyalin 2 buku.
Ibnu
Thahir berkata: ”saya menyalin Shahih al-Bukhari, Shahih Muslim, dan Sunan Abi
Dawud 7 kali dengan upah, dan Sunan Ibn Majah 10 kali”.
Ibnul
Jauzy dalam setahun rata-rata menyalin 50-60 jilid buku
8) Sangat
Bersemangat Dalam Mencatat Faidah
Al-Imam an-Nawawy
berkata: “Janganlah sekali-kali seseorang meremehkan suatu faidah (ilmu) yang
ia lihat atau dengar. Segeralah ia tulis dan sering-sering mengulang kembali”.
Al-Imam
al-Bukhary dalam semalam seringkali terbangun, menyalakan lampu, menulis apa
yang teringat dalam benaknya, kemudian beranjak akan tidur, terbangun lagi , dan
seterusnya hingga 18 kali.
Post a Comment