Headlines News :
Home » » Imam Abu Hanifah

Imam Abu Hanifah

Written By Aajum on Friday, July 8, 2011 | 10:18 AM



Imam Abu Hanifah
Nama kecilnya adalah Nu’man bin Tsabit, lahir di Kufah pada tahun 80 H.(696 M) dan meninggal di kota Kufah tahun 150 H (767 M) dan pada tahun kewafatanya lahir Imam Syafi’i. Kakek beliau bernama Zautha berasal dari kota Kabul. Pada zaman khulafurrasidin,
Utsman bin Affan ketika menaklukan negara-negara Persia, Khurasan, dan Afganistan, ia ditawan karena termasuk salah seorang pembesar dari negeri yang ditaklukan. Dan kemudian Zautha dijadikan budak oleh bani Taim bin Tsa’abah, keturunan arab dari suku Quraisy ,iapun masuk islam. Kemudian ia dimerdekakan dan memilih tempat kediaman di kota Kuffah. Dan di kuffah inilah lahir bapaknya nu’man bernama Tsabit.


Hanifah berarti”cenderung’ dipanggil Abu Hanifah berarti bapak yang cenderung hatinya ke agama islam. Hampir seluruh hidupnya dihabiskan di kuffah dan pada waktu kecil belajar membaca dan menghafal Al-Qur’an. Hidup dan dibesarkan di lingkungan keluarga pedagang kain sutra dan taat kepada Allah. Abu Hanifah sangat terinspirasi oleh cerita bapak dan kakeknya perihal pertemuan beliau dengan Syaidina Ali bin Abi Tholib yang kemudian membekas dalam hati dan mempengaruhi jalan pikiranya dalam kehidupan.. Guru Abu Hanifah yang terkenal adalah Amir bin Syarahil Asy-Sya’bani (wafat tahun 104 H/721 M) dan nasehat gurunya yang selalu terkenang ialah ketika abu hanifah suatu hari lewat di depan rumah gurunya, beliau sedang duduk, lalu aku dipanggilnya, ia berkata” Apakah kesibukanmu sekarang?”. “Di pasar” jawabku . Beliau berkata” kenapa engkau ke pasar, tidak pergi kepada ulama? Aku menjawab :”Aku jarang pergi ke ulama”. Beliau berkata:” jangan engkau pergi ke pasar lagi, ngkau harus menumpahkan perhatianmu kepada ilmu dan majlis ulama, sesungguhnya aku melihat pada engkau suatu harapan dan dinamismu. Abu Hanifah mengatakan:” perkataan gurunya selalu membekas dari itulah kemudian ia tinggalkan perdagangan serta mulai menuntut ilmu dan perkataan itu besar manfaatnya bagiku”.
Diantara guru-guru beliau yang paling lama ia tuntuy ilmu adalah Hammad bin Abi Sulaiman (Wafat 120 H/ 736 M). Beliau menuntut ilmu kepadanya selama 12 tahun dan berakhir sampai kewafatan gurunya. Setelah gurunya meninggal beliaulah yang diwasiatkan sbagai pnggantinya. Dan dari situlah kemudian beliau menjadi seorang guru. Beliau senang mencari ilmu dan bertukar pikiran dan tidak segan-segan menghabiskan uangnya demi mencari ilmu dan mengadakan diskusi dengan para ulama terkenal.
Pada tahun 130 H, bliau berangkat ke Makkah dan menetap disana selama 6 tahun dan selama di Makah itulah ia sering mengadakan diskusi-diskusi dengan para ulama terkenal dan disinilah beliau bertemu dengan murid-murid Ibnu Abbas dan dari merekalah beliau prig ke Madinah yang kemudian beliau brtemu dengan ja’far As-Sidhiq, ulama-ulama golongan Imamiyah, Zaidiyah, ulama ahli hadits dan bahkan beliau mengikuti pelajaran di madrasah keluarga keturunan Nabi Muhammad saw.
Abu Hanifah bersungguh –sungguh dalam mempelajari cabang-cabang ilmu pengetahuan dan ilmu agama Islam, pendapat-pendapat yang ada, menganggap perbedaan itu adalah rahmat dari Allah swt. Beliau sangat menghormati pendapat orang lain, sekalipun pendapat itu berbeda dengan pendapatnya. Dan setelah mempelajari pendapat itu, kemudia beliau mempaunyai pendapat sendiri dan cara berfikir sndiri yang kemudian merupakan pokok-pokok pegangan pngikut-pengikutnya madzhab Hanafi. Dan Dari ciri khas pendapat dan metode mengajar beliau inilah yang barangkali Imam Syafi’I mengatakan” Semua ahli fiqih adalah berasal dari keturunan Abu Hanifah”
Share this post :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. INTISARI QUR'AN - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger