Headlines News :
Seutama utama Ibadah Ummatku, ialah Membaca Al-Qur'an (HR.Abu Nu'aim)

Categories

Total

Protected by Copyscape Online Plagiarism Software
Powered by Blogger.
Showing posts with label Materi Kls X. Show all posts
Showing posts with label Materi Kls X. Show all posts

Khusnudzon Kepada Diri Sendiri

Husnuzzan (Berprasangka baik) kepada diri sendiri artinya senantiasa memandang positif (positive thingking) terhadap diri sendiri. Meyakini dan berusaha menggali segala potensi kebaikan yang ada dalam diri kita untuk kemudian memanfaatkan sebesar-besarnya untuk kehidupan.
Orang yang husnuzzan atau berbaik sangka terhadap diri sendiri, tetntu akan berperilaku terpuji terhadap dirinya sendiri, seperti percaya diri, gigih, berinisiatif, dan rela berkorban.
www.adzikr.com

Khusnudzon Kepada Allah swt

Manusia adalah makhluk Allah yang paling mulia dibandingkan dengan makhluk lain, bahkan dengan malaikat sekalipun. Kemuliaan manusia nampak ketika Allah SWT berkehendak menciptakan Adam sebagai Khalifah-Nya di muka bumi dengan misi beribadah kepada-Nya. Kehendak Allah tersebut berdasarkan perencanaan yang sangat matang, sehingga ketika para malaikat mempertanyakan rencana Allah tersebut, Allah menjawabnya:

Iman Kepada Malaikat


Pernahkah kamu memperhatikan diri dan alam sekitarmu? Siapakah pencipta semua itu? Dialah Allah swt. pencipta alam beserta seluruh isinya. Dia menciptakan semua itu dengan kehendak dan kuasa-Nya. Oleh karena itu, kita harus meyakini, memahami, serta meneladani sifat-sifat Allah swt. khususnya yang terkandung dalam Asmaul Husna di dalam kehidupan kita.
Iman kepada Allah merupakan rukun iman yang pertama sekaligus sebagai pondasi dari rukun iman yang lain. Allah swt. adalah Zat yang Mahakuasa, yang menciptakan alam beserta seluruh isinya sekaligus sebagai penjaga dan pengatur alam jagat ini, yang tidak pernah merasa lelah, yang tidak pernah mengantuk, tidak pernah tidur, dan tidak merasa berat menjaga keduanya. Dialah Allah swt. yang memiliki sifat wajib, mustahil, dan jaiz sebagai sifat kesempurnaan-Nya.

Sumber hukum Islam

A.   Al Qur’an
1.Pengertian Al Qur’an
Menurut Bahasa:
a.       Yang dibaca
b.      Bacaan 
Menurut Istilah:
a.       Al-qur’an adalah Kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas.
b.      Al-qur’an adalah firman  Allah yang diturunkan kepada Nabi saw melalui perantaraan Malaikat Jibril dengan berbahasa Arab, sebagai pedoman hidup manusia dan membacanya merupakan ibadah


2.Kedudukan Al Qur’an
a.       Sebagai sumber hukum Islam yang pertama dan utama
b.      Sebagai tali Allah yang kokoh

Dakwah Nabi saw Di Makkah


www.adzikr.com
                                                                                                                                                                                              
A.      Substansi dan strategi dakwah Rasulullah Saw Periode Makkah
1.       Substansi dakwah Rasulullah SAW
Substansi ajaran Islam periode Makkah, yang  didakwahkan Rasulullah SAW di awal kenabiannya adalah sebagai berikut :
a.       Keesaan Allah SWT
Islam mengajarkan bahwa pencipta dan pemelihara alam semesta adalah Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Allah SWT tempat bergantung segala apa saja dan makhluk-Nya, tidak beranak dan tidak diperanakkan, serta tidak ada selain Allah SWT, yang menyamai-Nya (baca dan pelajari QS. A1-Ikhlas, 112: 1-4)

Hukum Islam



Sumber Hukum Islam
A.   Al Qur’an
1.Pengertian Al Qur’an
Menurut Bahasa:
a.       Yang dibaca
b.      Bacaan 
Menurut Istilah:
a.       Al-qur’an adalah Kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas.
b.      Al-qur’an adalah firman  Allah yang diturunkan kepada Nabi saw melalui perantaraan Malaikat Jibril dengan berbahasa Arab, sebagai pedoman hidup manusia dan membacanya merupakan ibadah

2.Kedudukan Al Qur’an
a.       Sebagai sumber hukum Islam yang pertama dan utama
b.      Sebagai tali Allah yang kokoh

Asma Allah swt


1.      Pengertian Iman
Menurut bahasa iman berasal dari kata aamana yang berarti percaya. Menurut Rasulullah SAW seperti diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Iman didefinisikan dengan akad/perjanjian dengan hati, dan ikrar/bersumpah dengan lisan (ucapan) dan dilakukan/dibuktikan dengan anggota tubuh (arkan).
2.      Pengertian Iman kepada Allah SWT
Berdasarkan pengertian iman di atas, dapat kita uraikan bahwa iman kepada Allah menurut bahasa adalah percaya sepenuhnya kepada Allah SWT.

Q.S. Al-Anfal (8) : 72; Q.S. Al-Hujurat (49) : 12; dan QS Al Hujurat (49): 10;

Al-Qur’an mengajarkan kepada kita untuk selalu mengontrol diri agar tidak terjebak kepada perbuatan yang tercela. Al-Qur’an juga memerintahkan kepada kita untuk selalu berprasangka baik dan menjaga kerukunan dan mempererat ukhuwah atau persaudaraan, baik sesama umat Islam maupun yang lainnya.

Dakwah Nabi Muhammad SAW di Makkah


a.     Letak geografis Makkah
Makkah adalah bagian dari Jazirah Al-Arabiyah, yang artinya padang pasir, tanah gundul dan kering kerontang, tiada air dan tumbuhan. Letak geografis Jazirah Al-arabiyah dibatasi laut merah dan gurun Sinai di sebelah barat; teluk Arab dan sebagian besar wilayah Iraq selatan di sebelah timur; laut Arab yang menyambung dengan lautan India di sebelah selatan; dan negeri Syam dan sebagian kecil wilayah Iraq di sebelah utara. Luas Jazirah al-Arabiyah membentang antara satu juta  mil kali satu juta tiga ratus ribu mil.
Sedangkan letak geografis kota Makkah di tengah-tengah pusaran bumi, berhadapan dengan Laut Merah -antara Yaman dan Palestina- membentang bukit-bukit sejauh kira-kira delapan puluh kilometer dari pantai. Bukit-bukit ini mengelilingi sebuah lembah yang tidak begitu luas, dan hampir menutupnya kalau tidak dibuka oleh tiga jalan. Pertama jalan menuju ke Yaman, yang kedua jalan dekat Laut Merah di pelabuhan Jedah, dan yang ketiga jalan yang menuju ke Palestina.

Dakwah Nabi Muhammad SAW di Makkah



a.     Letak geografis Makkah
Makkah adalah bagian dari Jazirah Al-Arabiyah, yang artinya padang pasir, tanah gundul dan kering kerontang, tiada air dan tumbuhan. Letak geografis Jazirah Al-arabiyah dibatasi laut merah dan gurun Sinai di sebelah barat; teluk Arab dan sebagian besar wilayah Iraq selatan di sebelah timur; laut Arab yang menyambung dengan lautan India di sebelah selatan; dan negeri Syam dan sebagian kecil wilayah Iraq di sebelah utara. Luas Jazirah al-Arabiyah membentang antara satu juta  mil kali satu juta tiga ratus ribu mil.
Sedangkan letak geografis kota Makkah di tengah-tengah pusaran bumi, berhadapan dengan Laut Merah -antara Yaman dan Palestina- membentang bukit-bukit sejauh kira-kira delapan puluh kilometer dari pantai. Bukit-bukit ini mengelilingi sebuah lembah yang tidak begitu luas, dan hampir menutupnya kalau tidak dibuka oleh tiga jalan. Pertama jalan menuju ke Yaman, yang kedua jalan dekat Laut Merah di pelabuhan Jedah, dan yang ketiga jalan yang menuju ke Palestina.

Dakwah Nabi saw di Mekkah


1.    Letak Geografi

Jazirah Arab berbentuk memanjang dan tidak paralelogram. Di sebelah utara, Palestina dan Padang Syam, ke sebelah timur Hira, Dijla (Tigris), Furat (euphrates), dan Teluk Persia. Di sebelah selatan Samudera Indonesia dan Teluk Aden, sedangkan disebelah barat Laut Merah. Dari sebelah barat dan selatan Jazirah Arab dikelilingi lautan. Dari utara terdapat Padang Sahara dan dari timur Padang Sahara dan Teluk Persia. Jazirah Arab terdiri atas daerah tandus yang luar biasa sehingga semua penjajah merasa enggan melihatnya. WilayahArab lainnya terdiri dari gunung-gunung, dataran tinggi, lembah-lembah tandus serta alam yang gersang.

Dakwah Nabi saw di Makkah



A.Letak Geografis
Makkah terletak di sebelah barat jazirah Arab dan Najed, kota ini (dimasukkan) dalam wilayah Tuhamah, sebelah utaranya terdapat Kota Madinah Al-Munawarah. Sedangkan sebelah timurnya Kota Najed dan Riyadh, sebelah Yaman.
Dari sebelah barat Kota Jeddah, kota ini berada dalam ketinggian ± 330 m dari permukaan laut. Dan jarak antara Kota Makkah dan Jeddah setelah pembuatan jalan baru sekitar 60 km, sedangkan dengan Madinah kalau melewati jalan hijrah sekitar 445 km.
Makkah terletak antara dua gunung sehingga bangunan yang ada di kota ini kalau dilihat dari jauh tidak akan kelihatan. Dua gunung tersebut adalah Gunung Falaq atau Falah yang terletak di sebelah Makkah dan memanjang ke arah Barat. Gunung Quai Quan yang tingginya hampir sama dengan gunung Hindi, Luk-luk dan Kaddi.

B.Latar belakang

Pada saat masyarakat Arab melaksanakan peribadatan terhadap Ka’bah dan penyembahan berhala, juga patung-patung yang disucikan oleh seluruh Bangsa Arab, cita-cita Rasulullah saw untuk memperbaiki keadaan mereka(menyebarkan islam ke orang terdekat dahulu )
Kemudian secara terang terangan untuk menyebarkan agama islam dan aturannya

C.Faktor pendukung

Keluarga dan sahabat Nabi yang masuk Islam pada tahap ini antara lain Khadijah, Abu Bakar as-Siddiq, dan Ali bin Abi Talib. Kedua, dakwah secara terang-terangan, yang dilakukan Nabi setelah turun perintah Allah (Q.15:94). Dakwah ini berlangsung hingga Nabi wafat. Banyak sahabat yang memeluk Islam pada masa ini, antara lain Umar bin Khattab dan Usman bin Affan.
(pendukung nya adalah keluarga dan kerabat rasulullah)
D.Strategi dakwah nabi
 a.Dakwah secara sembunyi-sembunyi (selama 3 tahun)
Pada saat masyarakat Arab melaksanakan peribadatan terhadap Ka’bah dan penyembahan berhala, juga patung-patung yang disucikan oleh seluruh Bangsa Arab, cita-cita Rasulullah saw untuk memperbaiki keadaan mereka tentu bertambah sulit. Maka dalam menghadapi kondisi tersebut, tindakan yang paling bijaksana adalah dengan memulai dakwah secara sembunyi-sembunyi, agar penduduk Makkah tidak kaget karena harus menghadapi sesuatu yang menggusarkan mereka dengan tiba-tiba
b.  Dakwah secara terang-terangan
Wahyu pertama yang turun dalam masalah ini adalah firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Asy-Syu’ara ayat 214, “Dan, berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang dekat.” Permulaan ayat Asy-Syu’ara yang memuat ayat ini menyebutkan kisah Musa as dari permulaan nubuwah hingga hijrah beliau bersama Bani Israel, dan tahapan-tahapan yang dilalui Musa as selama menyeru Fir’aun dan kaumnya kepada Allah SWT. Hal ini disampaikan agar Rasulullah saw dan para sahabatnya memperoleh sedikit gambaran mengenai hal-hal yang akan mereka hadapi ketika menampakkan dakwah. 
Langkah pertama yang Rasulullah saw lakukan setelah turun ayat tersebut, ialah dengan mengundang Bani Hasyim. Mereka memenuhi undangan ini, sejumlah empat puluh lima orang dari Bani Al-Muththalib bin Abdi Manaf, dan terjadi dialog pembuka, yang diawali oleh Abu Lahab yang mewakili Bani Al-Muththalib bin Abdi Manaf dengan Rasulullah saw yang mulai menjelaskan mengenai surga dan neraka. Pada akhir dialog tersebut, mereka mengingkari segala yang disampaikan oleh Rasulullah saw, kecuali Abu Thalib, yang telah mendukung dan akan melindungi Rasulullah saw selama hidupnya.

E.Rintangan dakwah Nabi
kunciRintangan Da’wah Nabi Muhammad, kurang lebih hampir sama dengan Perjuangan Nabi Musa dalam menegakkan kalimat Allah di negeri Mesir.
Setelah Nabi Muhammad mendapat perintah da’wah kepada karib kerabatnya, maka tindakan beliau yang pertama adalah beliau mengundang karib kerabat dekatnya di kaki bukit Shafa untuk menyampaikan da’wah beliau. Pada pertemuan pertama itu inilah pidato Nabi dihadapan Karib-kerabatnya :

"Bagaimana menurut pendapat kalian, jikalau saya memberitahukan kepada kalian, bahwasanya ada seekor unta keluar dari dalam gunung ini lalu ia hendak merobah kalian semua, apakah kamu membenarkan cerita saya ini?"

Yang hadir menjawab : “Ya kami percaya, selama ini kami tidak pernah mengetahui bahwa engkau (Muhammad) itu adalah pendusta”

Nabi Muhammad kemudian bersabda :
“Bahwa sesungguhnya saya ini pemberi ancaman kepada kalian, dihadapan azab Tuhanmu yang amat keras”

Baru sekian pidato Nabi, tiba-tiba berdirilah Abdul ‘Uzza (Abu Lahab) dan dengan suara keras dia menegur Nabi :

“Binasalah kamu Muhammad ! Apakah hanya untuk ini saja kamu kumpulkan kami semua ?
Sama sekali belum pernah ada orang yang datang kepada keturunan orang tuanya dan kaumnya yang lebih keji dari pada apa yang kamu bawa itu”

Nabi kemudian terdiam, maka turunlah wahyu surat Al-Lahab sebagai berikut :

Tabbat yadaa abii lahabin wa tabb.
Sia-sia jualah ujudnya tipu daya penghasut perang dan pasti sia-sia

Abu Lahab masih terbakar emosinya dan terus mengucapkan kata-kata ancaman kepada Nabi :
"Jika apa yang dikatakan Muhammad itu benar, maka saya akan tebus dari padanya itu dengan harta dan anakku".

Maka Allah menurunkan wahyu selanjutnya :

Maa agnaa ‘anhu maaluhuu wa maa kasab
Tidak akan ada gunanya mereka mengeluarkan segenap dana dan daya

Sayashlaa naaran zaata lahab
Hanya akan membakar diri dengan api perang semesta

Wam-ra-atu-huu hammaa latal hatab
Dan juga kaum wanitanya yang turut serta

Fii jiidihaa hablunm mimmasad
Ikut terjerat oleh akibat perang angkara.

Demikianlah selanjutnya Nabi Muhammad menghadapi tantangan yang amat berat dari kaum Quraisy yang dalam sejarah dikatakan ada tiga factor kenapa kaum Quraisy pada mulanya menolak da’wah Nabi tersebut adalah sebagai berikut :

Yang pertama karena adanya taklid kepada ajaran Nenek Moyang mereka, baik mengenai aturan hukum maupun aturan peribadatan yang banyak menggunakan simbol-simbol patung disekitar Ka’bah.

Yang kedua adalah Da’wah Nabi Muhammad membawakan ajaran persamaan hak dan derajat, sementara Bangsa Arab merasa lebih tingga dari pada budak-budak mereka sehingga apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad mereka tolak dengan kesiapan untuk perang sampai titik darah yang penghabisan.

Yang ketiga adanya persaingan perebutan kekuasaan untuk menjadi Penguasa di Kota Mekah, khususnya dalam pengurusan Ka’bah.

Dari semua pengalaman Nabi-Nabi itu, mereka selalu memenangkan perjuangan melawan kebathilan sehingga memang amat sulit jika kita bandingkan dengan Da’wah masa kini, yang berfungsi hanya untuk menghibur orang dan bukan menyatakan yang benar itu benar dan yang salah itu salah walalupun pahit bagi dirinya.

Menjadi pertanyaan besar bagi kita bagaimana tantangan Da’wah abad kedua-puluh satu ini, jika ada seruan dari Allah agar meninggalkan ajaran Nakek-Moyang kalian dan kembalilah kepada Ajaran Allah yang dapat menjamin satu kehidupan saling memakmurkan, saling memuliakan, saling mensejahterakan diantara penduduk negeri ini.
Jawabannya adalah, selama masih ada syetan yang membawakan pengaruh dari Iblis terlaknat kepada anak Adam, maka apa yang dilarang dalam ajaran Allah akan menjadi baik dalam pandangan hidup pendukung Dzulumat menurut Sunnah Syayatin, sebaliknya apa yang disuruh menurut Ajaran Allah akan menjadi jelek dalam pandangan pendukung Dzulumat menurut Sunnah Syayatin.
Semuanya terpulang kepada kita Umat Islam, apakah kenyataan ini sebagai hasil dari suatu Kemerdekaan, akan terus dipertahankan, ataukah kita perlu mereformasi Ajaran Nakek-Moyang dengan Ajaran Allah yang Maha Mulia itu.
Hidup memang terlalu singkat pada waktu yang telah dilalui, tapi terlalu lama untuk masa yang akan datang, Ingat saudara : “Allah tidak akan merobah nasib suatu bangsa kecuali Bangsa itu mau merobahnya dengan Qalam Allah menurut Sunnah Rasul-Nya”.
Berda’walah seakan-akan Allah yang berda’wah, dan terimalah bentuk olok-olokan mereka atau bahkan penghinaan mereka sebagai satu shadaqah sambil berdo’a semoga Allah memaafkan mereka, karena mereka belum tahu apa itu ajaran Allah menurut Sunnah Rasul-Nya.
Selanjutnya serahkan kepada Janji Allah, bahwa apabila Da’wah telah disampaikan, dan manusia masih saja menolak sambil bermain-main dalam hidup dan kehidupan ini, maka Sunatullah yang telah berlaku pada masa terdahulu akan berulang kembali berupa azab yang amat pedih, Azab itu datang bisa siang bisa di malam hari ketika manusia sedang tertidur lelap, bisa berupa angin putting beliung selama tuju hari tuju malam, atau dalam bentuk Gempa dahsyat sehingga permukaan bumi ini dibalik yang dibawah menjadi diatas dan Kota maupun Desa tertimbun sudah, bisa juga dengan Banjir besar karena Es di Kutub mencair disertai badai selama berhari-hari, bisa dengan berbagai penyakit menular dan sebagainya. Sunatullah ini masih berlaku karena ini semua merupakan janji Allah kepada para Nabi dan Orang-orang Beriman. 
E.Bukti peninggalan
Kunci Ka’bah


Pedang Rasulullah SAW


pedang
G.Hikmah mempelajari Sejarah Dakwah
·         Mengimani dengan sebenar-benarnya bahwa Muhammad saw adalah rasul dan nabi penutup para nabi

·         Mencintai Rasullulah 
·         Sabar dalam berdakwah dan mempelajari ilmunya atau menyebarkannya
·         Bersyukur terhadap apa yang telah ada

Dakwah Muhammad saw di Makkah


LETAK GEOGRAFIS KOTA MEKKAH 
            Republika.co.id – Makah terletak di sebelah barat jazirah arab dan najed, kota ini (dimasukkan) dalam wilayah tuhamah, sebelah utaranya terdapat kota madinah al-munawarah. Sedangkan sebelah timurnya kota najed dan riyadh, sebelah yaman.
Dari sebelah barat kota jeddah, kota ini berada dalam ketinggian ± 330 m dari permukaan laut. Dan jarak antara kota makkah dan jeddah setelah pembuatan jalan baru sekitar 60 km, sedangkan dengan madinah kalau melewati jalan hijrah sekitar 445 km.
Makkah terletak antara dua gunung sehingga bangunan yang ada di kota ini kalau dilihat dari jauh tidak akan kelihatan. Dua gunung tersebut adalah gunung falaq atau falah yang terletak di sebelah makkah dan memanjang ke arah barat. Gunung quai quan yang tingginya hampir sama dengan gunung hindi, luk-luk dan kaddi.

Iman Kepada Allah SWT


Sumber
QS Al-Baqarah                                   225
QS Al-Ikhlas                                        1-4
QS Al-Imran                                        26-27
QS Al-Hasyr                                        22-24
Dalil Aqli : Dalil yang berdasarkan pada akal pikiran yang sehat
Macam-Macam Dalil Aqli :
@ Wajib Aqli      : Adalah sesuatu yang kebenarannya bisa  diterima akal sehat
@ Mustahil Aqli                : Adalah sesuatu yang kebenarannya tidak            bisa diterima akal sehat
@ Jai’z Aqli          : Adalah sesuatu yang kebenarannya atau ketidak benarannya dapat diterima akal sehat  
Dalil Naqli : Dalil yang mengetahui kebenarannya hanya Allah swt sedangkan manusia hanya dapat meyakininya
Dalil Naqli bersifat qat’l (pasti)
Sumber Dalil Naqli ada 2 yaitu :
-  Al-Quran
-  Hadits
-  Ijma
Pengertian Iman
Iman : Bahasa    ; Percaya
              Istilah      ; Pembenaran hati, dikrarkan dengan lisan, dan dilakukan dengan perbuatan.
Sifat-Sifat Allah ada 13 yaitu :
Wujud >< Adam ( Ada >< Tidak ada )
Qidam >< Huduus ( Tidak Berawal >< Keberadaanya didahului oleh sesuatu )
Baqaa >< Fanaa’ ( Kekal >< Tidak Kekal )
Mukhalafatu lil hawaditsi >< Mumassalatu lil hawaditsi ( Beda >< Serupa )
Qiyamuhu bin nafsihi >< Ikhtiya jun illa ghayrihi ( Tidak butuh apa-apa >< Butuh seuatu )
Wahdaniyah >< Ta’adud ( Esa >< Banyak )
Qudrat >< A’zun ( Maha Kuasa >< Lemah )
Iraadat >< Karahah ( Berkahandak >< Terpaksa )
I’lmun >< Jahlun ( Berilmu >< Bodah )
Hayat >< Maut ( Hidup >< Mati )
Sama’ >< Shumun ( Mendengar >< Tuli )
Bashar >< U’myun ( Melihat >< Buta )
Kalam >< Bukmun ( Berbicara >< BIsu )
Asmaul Husna : Nama-nama indah Allah SWT
Hadist Rasullullah :
Sesungguhnya Allah Mempunyai nama-nama, barang siapa yang menghapalkannya, ia akan masuk surga(H.R Muslim dari Abu Hurairah; 4835 )
Surat Al-a’raf 7/180
Nama-nama Allah yaitu :
Ar Rahman                          : Maha Pengasih
Ar Rahim                              : Maha Penyayang
Al Malik                                : Maha Kuat
Al Qudus                              : Maha Suci
As Salam                              : Maha Sejahtera
Al Mu’min                           : Maha Menjaga Keamanan
Al Muhaimin                      : Maha Pemelihara Kesehatan
Al Aziz                                   : Maha Perkasa
Al Jabar                                : Maha Kuasa
Al Mutakabbir                   : Memiliki Segala Keagungan
Al Khalik                               : Maha Menciptakan
Al Barii                                  : Maha Mengadakan
Al Musawwir                      : Maha Membentuk Rupa
Al Gahfar                             : Maha Pengampun
Al Qahar                               : Maha Perkasa
Al Wahab                             : Maha Pemberi
Al Razak                               : Maha Pemberi Rezeki
Al Fatah                                : Maha Pembuka
Al A’lim                                 : Maha Mengetahui
Al Qabid                               : Maha Menahan Rezeki
Al Basit                                                 : Maha Melapang Rezeki
Al Khafid                              : Maha Merendahkan
Ar Rafi’                                                 : Maha Meninggikan
Al Mu’iz                                : Maha Menghinakan
As Sami’I                              : Maha Mendengar
Al Bashir                               : Maha Melihat
Al Hakam                             : Maha Memutuskan Hukum
Al Adl                                    : Maha adil
Al Lathif                                : Maha Halus
Al Ghabir                             : Maha Besar
Al Halim                                : Maha Penyantun
Al A’zim                                : Maha Besar
Al Ghafur                             : Maha Pengampun
As Syakur                            : Maha Mensyukuri
Al Aliy                                    : Maha Tinggi
Al Walyi                                : Maha Melindungi
Al Akhir                                : Yang Akhir
Az Zahir                                : Yang Zahir                           
Al Kabir                                 : Maha Besar
Al Hafiz                                 : Maha Pemelihara
Al Muqit                               : Maha Kuasa
Al Hasib                                : Maha Membuat Perhitungan
Al Jalil                                    : Maha Memiliki Kebesaran
Al Karim                               : Maha Mulia
Ar Raqib                               : Maha Mengawasi
Al Mujib                               : Maha Memperkenankan Dosa
Al Wasi’                                : Maha Luas
Al Hakim                              : Maha Bijaksana
Al Wadud                            : Maha Pengasih
Al Majid                               : Maha Mulia
Al Bai’s                                  : Maha Membangkitkan
As Syahid                             : Maha Menyaksikan
 Al Haq                                  : Maha Benar
Al Wakil                                : Maha Memelihara
Al Qawy                               : Maha Kuat
Al Matin                               : Maha Kukuh
Al Batin                                 : Yang Batin
Al Waliy                                : Yang Pelindung
Al Hamid                              : Maha terpuji
Al Muhsi                              : Maha Menghitung
Al Mubdi                              : Maha Memulai Penciptaan
Al Mu’id                               : Maha Mengulangi Penciptaan
Al Muhyi                              : Maha Menghidupkan
Al Mumitu                           : Maha Mematikan
Al Hayyu                              : Maha Hidup
Al Qayyum                          : Maha Berdiri Sendiri
Al Wajid                               : Maha Mendapatkan
Al Majid                               : Maha Mulia
Al Wahid                              : Maha Esa
Al Ahad                                : Maha Esa
Al Shomad                          : Menjadi Tempat Meminta
Al Qadir                                : Maha Berkuasa
Al Muqtadir                        : Maha Kuasa
Al Muqaddim                     : Maha Mendahulukan
Al Muakkhir                        : Maha Menagguhkan
Al Awwal                             : Yang Awal        
Al Mutaa’lli                         : Maha Tinggi
Al Barru                                : Maha Melimpahkan Kebaikan
At Tawab                             : Maha Penerima Taubat
Al Muntaqim                      : Maha Memberikan Balasan
Al A’fuw                               : Maha Pemaaf
Ar Rauf                                                 : Maha Penyantun
Al Malikul Mulki                : Pemilik Kekuasaan
Dzuljalali wal Ikhram       : Yang Memiliki Kebesaran dan Kemuliaan
Al Muqsit                             : Maha Adil
Al Jami’                                 : Yang Mengumpulkan
Al Ghaniy                             : Maha Kaya
Al Mughni                           : Maha Memberi Kemampuan
Al Mani’                               : Maha Mencegah
Ad Dhur                               : Yang Menimpakan Bencana
An Nafi’                                : Memberi Manfaat
An Nur                                  : Maha Memberi Cahaya
Al Hadi                                  : Maha Memberi Petunjuk
Al Badi’I                                : Maha Pencipta
Al Baqi                                  : Maha Kekal
Al Waris                                : Yang Mewarisi
Ar Rasyid                             : Maha Pandai
As Shubur                           : Maha Sabar
Hikmah
Kita akan menyadari kelemahan diri kita dihadapan Allah maha besar
Kita akan menyadari diri kita akan mati dan dimintai pertanggung jawaban
Kita akan menyadari segala sesuatu yang kita nikmati berasal dari Allah
Kita akan merasa dilihat oleh Allah
Kita akan segera bertobat kalau melakukan dosa
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. INTISARI QUR'AN - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger