Makkah adalah bagian dari Jazirah Al-Arabiyah,
yang artinya padang pasir, tanah gundul dan kering kerontang, tiada air dan
tumbuhan. Letak geografis Jazirah Al-arabiyah dibatasi laut merah dan gurun
Sinai di sebelah barat; teluk Arab dan sebagian besar wilayah Iraq selatan di
sebelah timur; laut Arab yang menyambung dengan lautan India di sebelah
selatan; dan negeri Syam dan sebagian kecil wilayah Iraq di sebelah utara. Luas
Jazirah al-Arabiyah membentang antara satu juta mil kali satu juta tiga
ratus ribu mil.
Sedangkan letak geografis kota Makkah di tengah-tengah pusaran
bumi, berhadapan dengan Laut Merah -antara Yaman dan Palestina- membentang
bukit-bukit sejauh kira-kira delapan puluh kilometer dari pantai. Bukit-bukit
ini mengelilingi sebuah lembah yang tidak begitu luas, dan hampir menutupnya
kalau tidak dibuka oleh tiga jalan. Pertama jalan menuju ke Yaman, yang kedua
jalan dekat Laut Merah di pelabuhan Jedah, dan yang ketiga jalan yang menuju ke
Palestina.
Letak Makkah sangat strategis. Tempat ini menjadi tujuan
utama setiap pedagang. Setiap musim Haji tiba, mereka berkumpul di Makkah
dengan membawa komoditas dagangan. Di sisi lain penduduk Makkah memanfaatkan
moment musim haji dengan menjual berbagai jenis kerajianan tangan (home
industri), seperti; pedang, tombak, panah dan perisai perang, pelana kuda dan
onta, serta aneka ragam pakaian. Para pedangan itu adalah Saad bin Abi Waqos,
al-Walid bin Mughirah, al-Ash bin Hisyam, Hubbab bin al-Art, Utbah bin Abi
Waqos. Mereka merupakan pengusaha-pengusaha sukses dibidang home industri
kota Makkah. Ini dikarenakan setiap tahunnya pengusaha manca negara mendatangi
Makkah, kota pusat perdagangan sekaligus tempat pertemuan tahunan orang yang
menunaikan haji.
Makkah merupakan tempat yang istimewa, dimuliakan dan
disucikan oleh Allah SWT. Buktinya adalah kata makkah sering disebutkan
dalam al-Qur’an dan hadits Rasulullah SAW. Dalam Al-Qur’an, kata Makkah
disebutkan dengan redaksi yang berbeda-beda.
Sesuatu jika sering disebut dengan berbagai nama,
mengisaratkan bahwa tempat atau nama tersebut memiliki nilai tinggi dan mulia
serta keistimewaan yang tidak dimiliki tempat lainnya. Semisal kata pedang,
yang dalam bahasa Arab disebut saif, muhannad, sorim,
silah, battar dan lain-lain. Padahal maknanya sama, yaitu pedang. Begitu
juga kata harimau yang dalam bahasa Arab disebut asad, usama, haidar,
laits, fahad dan lain-lain, yang kesemuanya bermakna satu yaitu raja
hutan. Pedang dan harimau mempunyai banyak padanan kata karena dua kata itu
dianggap memiliki kehebatan dan keistimewaan.
b. Dakwah Nabi Muhammad
untuk Menyempurnakan Akhlak Manusia
Setelah Nabi Miuhammad SAW menerima wahyu, maka secara
resmi beliau telah diangkat menjadi Rasul oleh Allah SWT. Beliau mempunyai
kewajiban untuk membina umat yang telah berada dalam kesesatan untuk menuju
jalan yang lurus. Dakwah Nabi Muhammad SAW dimulai dari wilayah Makkah di
jazirah Arab, walaupun pada akhirnya ajaran beliau adalah untuk seluruh umat
manusia. Jauh sebelum kerasulan Nabi Muhammad SAW, sebenarnya Allah SWT juga
telah mengutus nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s. Kedua Rasul ini telahberhasil
membina bangsa Arab dan masyarakat makkah menjadi orang yang beriman dan henya
menyembah kepada Allah SWT. Bahkan kedua Rasul tersebut juga diperintah Allah
SWT untuk membangun Ka’bah di Makkah. Namun dengan berjalanya waktu, keimanan
masyarakat Makkah menjadi luntur dan berubah menjadi kemusyrikan dengan
menyembah patung dan berhala. Mereka tidak hanya mengalami kerusakan dalam hal
aqidah, bahkan akhlaknya juga rusak.
Nabi Muhammad SAW sebagai rasul tidak henti-hentinya
berusaha memperbaiki akhlak masyarakat yang sudah rusak tersebut. Untuk
memperbaiki akhlak, maka Allah SWT telah mengutus rasul yang memang semenjak
kecil dikenal oleh masyarakat sebagai orang yang sangat mulia akhlaknya. Sejak
masih kecil, remaja, sampai dewasa Nabi Muhammad sudah dikenal oleh masayarakat
Makkah sebagai orang yang mempunyai kepribadian baik, berbeda dengan kebanyakan
orang saat itu. Penampilannya pun sederhana, bersahaja, dan berwibawa. Ketika
ia berjalan badannya agak condong kedepan, melangkah sigap dan pasti. Raut
mukanya menunjukkan pikirannya yang cerdas, tajam, dan jernih. Pandangan
matanya menunjukkan keteduhan dan kewibawaan, membuatorang patuh kepadanya. Ia
juga dikenal sebagai orang yang jujur dalam setiap perkataan maupun perbuatan.
Dengan sifatnya yang demikian itu tidak heran bila Khadijah, majikannya menaruh
simpati kepadanya, dan tidak pula mengherankan bila Muhammad diberi keleluasaan
mengurus hartanya. Khadijah juga membiarkannya menggunakan waktu untuk berpikir
dan menuangkan hasil pemikirannya. Akhirnya Muhammad dan Khadijah menikah
menjadi sepasang suami istri yang sangat setia dan memiliki anak-anak yang
shalih.
Muhammad mendapat kurnia Tuhan dalam perkawinannya dengan
Khadijah, mereka berada dalam kedudukan yang tinggi dan harta yang cukup. Seluruh
penduduk Makkah memandangnya dengan rasa segan dan hormat. Mereka mensyukuri
karunia Tuhan yang diberikan kepadanya serta anak dan keturunan yang baik.
Semua itu tidak mengurangi pergaulannya dengan penduduk Makkah baik yang kaya
maupun yang miskin. Dalam kehidupan hari-hari, Muhammad bergaul baik dengan
masyarakat sekitar. Bahkan setelah menikah dengan Khadijah ia lebih dihormati
di tengah-tengah masyarakat. Dengan dihormati orang Muhammad tidak menjadi
tinggi hati, namun ia menjadi semakin rendah hati. Bila ada yang mengajaknya
bicara ia mendengarkan dan memperhatikannya tanpa menoleh kepada orang lain.
Perilakunya yang demikian sangat berbeda dengan kebanyakan orang Makkah yang
menjadi sombong dan congkak ketika dihormati, dan marah-marah ketika merasa
tidak dihormati. Muhammad juga bukan termasuk orang yang suka mengobral
perkataan, ia berkata seperlunya, dan ia lebih banyak mendengarkan. Bila bicara
selalu bersungguh-sungguh, tapi sungguhpun begitu ia sesekali membuat humor dan
bersenda-gurau. Sifatnya yang jujur tersebut juga sangat berbeda dengan
kebanyakan orang Makkah yang suka berbohong, membual, dan sulit dipercaya.
Setiap bertemu orang Muhammad selalu tersenyum. Pada saat-saat tertentu juga
bercanda dan terkadang tertawa sampai terlihat gerahamnya. Bila ia marah tidak
pernah sampai tampak kemarahannya, hanya antara kedua keningnya tampak sedikit
berkeringat, hal ini disebabkan ia menahan rasa amarah dan tidak mau
menampakkannya keluar. Semua itu terbawa oleh kodratnya yang selalu lapang dada,
berkemauan baik dan menghargai orang lain. Ia Bijaksana, murah hati dan mudah
bergaul. Tapi ia juga mempunyai tujuan pasti, berkemauan kuat, tegas dan tak
pernah ragu-ragu dalam tujuannya. Sifat-sifat demikian ini berpadu dalam
dirinya dan meninggalkan pengaruh yang dalam sekali pada orang-orang yang
bergaul dengan dia. Bagi orang yang melihatnya tiba-tiba, sekaligus akan timbul
rasa hormat, dan bagi orang yang terbiasa bergaul dengannya akan timbul rasa
cinta kepadanya.
Muhammad menjalin hubungan baik kepada penduduk Makkah. Ia
juga berpartisipasi dalam kegiatan sosial dalam kehidupan masyarakat hari-hari.
Pada waktu itu masyarakat sedang sibuk karena bencana banjir besar yang turun
dari gunung kemudian menimpa dan meretakkan dinding-dinding Ka’bah yang memang
sudah rapuh. Sebelum itupun masyarakat suku Quraisy memang sudah memikirkannya.
Ka’bah yang tidak beratap itu menjadi sasaran pencuri mengambil barang-barang
berharga di dalamnya. Hanya saja masyarakat suku Quraisy merasa takut kalau
bangunannya diperkuat, pintunya ditinggikan dan diberi atap, dewa Ka’bah yang
suci itu akan menurunkan bencana kepada mereka. Sepanjang zaman Jahiliyyah
keadaan mereka diliputi oleh berbagai macam legenda yang mengancam bagi
siapapun yang berani mengadakan sesuatu perubahan terhadap Ka’bah. Dengan
demikian perbuatan itu dianggap tidak umum.
Tetapi sesudah mengalami bencana banjir tindakan demikian
itu adalah suatu keharusan, walaupun masih diliputi rasa takut dan ragu-ragu.
Bertepatan dengan kejadian itu, kapal milik seorang pedagang Romawi bernama
Baqum yang datang dari Mesir terhempas di laut dan pecah. Sebenarnya Baqum
adalah seorang ahli bangunan yang mengetahui masalah perdagangan. Sesudah suku
Quraisy mengetahui hal ini, maka berangkatlah al-Walid bin al-Mughira dengan
beberapa orang dari Quraisy ke Jeddah menemui Baqum. Kapal itu kemudian
dibelinya, kemudian diajaknya berunding supaya sama-sama datang ke Makkah guna
membantu mereka membangun Ka’bah kembali. Baqum menyetujui permintaan itu. Pada
waktu itu di Makkah ada seorang Kopti yang mempunyai keahlian sebagai tukang
kayu. Persetujuan tercapai bahwa diapun akan bekerja dengan mendapat bantuan
Baqum.
Sudut-sudut Ka’bah oleh suku Quraisy dibagi empat bagian
tiap kabilah mendapat satu sudut yang harus dirombak dan dibangun kembali.
Sebelum bertindak melakukan perombakan itu mereka masih ragu-ragu dan khawatir
akan mendapat bencana. Kemudian al-Walid bin al-Mughira tampil ke depan dengan
merasa sedikit takut. Setelah berdoa kepada dewa-dewanya, ia mulai merombak
bagian sudut selatan. Orang-orang menunggu apa yang akan dilakukan Tuhan
terhadap al-Walid. Tetapi setelah sampai pagi hari tak terjadi apa-apa, mereka
pun beramai-ramai merombaknya dan memindahkan batu-batu yang ada. Muhammad pun
ikut dalam kerja bakti itu.
Sesudah bangunan itu setinggi orang berdiri dan tiba
saatnya meletakkan Hajar Aswad yang disucikan di tempatnya semula di sudut
timur, maka timbullah perselisihan di kalangan Quraisy, siapa yang seharusnya
mendapat kehormatan meletakkan batu itu pada tempatnya semula. Demikian
memuncaknya perselisihan itu sehingga hampir saja timbul perang saudara.
Keluarga Abdud Dar dan keluarga ‘Adi bersepakat takkan membiarkan kabilah yang
manapun campur tangan dalam kehormatan yang besar ini. Untuk itu mereka
mengangkat sumpah bersama. Keluarga Abdud Dar membawa sebuah baki berisi darah.
Tangan mereka dimasukkan ke dalam baki itu guna memperkuat sumpah mereka.
Karena itu lalu diberi nama La’aqatud Dam, yakni ‘jilatan darah.’ Abu Umayyah
bin al-Mughira dari Bani Makhzum, adalah orang yang tertua di antara mereka. Ia
dihormati dan dipatuhi. Setelah melihat keadaan serupa itu ia berkata kepada
mereka:
"Serahkanlah putusan kamu ini di tangan orang yang pertama sekali memasuki
pintu Shafa ini."
Tatkala mereka melihat Muhammad adalah orang pertama memasuki tempat itu,
mereka berseru: "Ini al-Amin (orang yang terpercaya) ; kami dapat menerima
keputusannya." Lalu mereka menceritakan peristiwa itu kepada Muhammad.
Iapun mendengarkan dan sudah melihat di mata mereka betapa berkobarnya api
permusuhan itu. Ia berpikir sebentar, lalu katanya: "Kemarikan sehelai
kain," katanya. Setelah kain dibawakan dihamparkannya dan diambilnya batu
itu lalu diletakkannya dengan tangannya sendiri, kemudian katanya;
"Hendaknya setiap ketua kabilah memegang ujung kain ini." Mereka
bersama-sama membawa kain tersebut ke tempat batu itu akan diletakkan. Lalu
Muhammad mengeluarkan batu itu dari kain dan meletakkannya di tempatnya. Dengan
demikian perselisihan itu berakhir dan bencana dapat dihindarkan. Quraisy
menyelesaikan bangunan Ka’bah sampai setinggi delapanbelas hasta (± 11 meter),
dan ditinggikan dari tanah sedemikian rupa, sehingga mereka dapat menyuruh atau
melarang orang masuk. Di dalam Ka’bah itu mereka membuat enam batang tiang
dalam dua deretan dan di sudut barat sebelah dalam dipasang sebuah tangga naik
sampai ke teras di atas lalu meletakkan Hubal di dalam Ka’bah. Juga di tempat
itu diletakkan barang-barang berharga lainnya, yang sebelum dibangun dan diberi
beratap menjadi sasaran pencurian.
Kejadian ini berlangsung saat Muhammad berusia 35 tahun,
dan keputusannya mengambil batu dan diletakkan di atas kain lalu mengambilnya
dari kain dan diletakkan di tempatnya dalam Ka’bah, menunjukkan betapa
tingginya kedudukannya dimata penduduk Makkah, betapa besarnya penghargaan
mereka kepadanya sebagai orang yang berjiwa besar. Pada tahun 611 M, waktu itu
Muhammad berusia 40 tahun beliau menerima wahyu yang pertama. Di puncak Gunung
Hira, – sejauh dua farsakh sebelah utara Makkah – terletak sebuah gua yang sangat
kondusif untuk tempat menyendiri (berkhalwat). Sepanjang bulan Ramadan tiap
tahun Muhammad pergi ke sana dan berdiam di tempat itu. Ia tekun dalam merenung
dan beribadah, menjauhkan diri dari segala kesibukan hidup dan keributan
manusia. Ia mencari Kebenaran tentang keberadaan Tuhan dan merenungkan
keboborokan perilaku sehari-hari masyarakat Arab saat itu. Demikian kuatnya ia
merenung mencari hakikat kebenaran itu, sehingga lupa ia akan dirinya, lupa
makan, lupa segala yang ada dalam hidup ini. Sebab, segala yang dilihatnya
dalam kehidupan manusia sekitarnya, bukanlah suatu kebenaran.
Ia merenung untuk mencari jawaban mengenai perilaku
masyarakat dalam masalah-masalah hidup. Apa yang disajikan sebagai
kurban-kurban untuk tuhan-tuhan mereka itu, bukanlah sesuatu yang dapat
dibenarkan menurut rasio dan nurani yang jernih. Berhala-berhala yang tidak
berguna, tidak menciptakan dan tidak pula mendatangkan rejeki, tak dapat
memberi perlindungan kepada siapapun yang ditimpa bahaya tidak selayaknya
dipuja dan disembah. Hubal, Lata dan ‘Uzza, dan semua patung-patung dan
berhala-berhala yang terpancang di dalam dan di sekitar Ka’bah, tak pernah
menciptakan seekor lalat sekalipun, atau akan mendatangkan suatu kebaikan bagi
Makkah. Ketika itulah ia percaya bahwa masyarakatnya telah tersesat, jauh dari
kebenaran.Keyakinan mereka terhadap keberadaan Tuhan telah rusak karena tunduk
kepada khayal berhala-berhala serta kepercayaan-kepercayaan semacamnya.
Kebenaran itu ialah Allah, Khalik seluruh alam, tak ada tuhan selain Dia.
Kebenaran itu ialah Allah Pemelihara semesta alam. Dialah Maha Rahman dan Maha
Rahim.
Kebenaran itu ialah bahwa manusia dinilai berdasarkan
perbuatannya. "Barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat atompun akan
dilihatNya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat atompun akan
dilihatNya pula." (Qur’an, 99:7-8) Dan bahwa surga itu benar adanya dan
neraka juga benar adanya. Mereka yang menyembah tuhan selain Allah mereka
itulah menghuni neraka, tempat tinggal dan kediaman yang paling durhaka. Tatkala
ia sedang bertahanuth, ketika itulah datang malaikat membawa sehelai lembaran
seraya berkata kepadanya: "Bacalah!" Dengan terkejut Muhammad
menjawab: "Saya tak dapat membaca". Ia merasa seolah malaikat itu
mencekiknya, kemudian dilepaskan lagi seraya katanya lagi: "Bacalah!"
Masih dalam ketakutan akan dicekik lagi Muhammad menjawab: "Apa yang akan
saya baca."
Seterusnya malaikat itu berkata: "Bacalah! Dengan nama Tuhanmu Yang
menciptakan. Menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah. Dan Tuhanmu Maha
Pemurah. Yang mengajarkan dengan Pena. Mengajarkan kepada manusia apa yang
belum diketahuinya …" Lalu ia mengucapkan bacaan itu. Malaikatpun pergi,
setelah kata-kata itu terpateri dalam kalbunya.
Setelah menerima wahyu yang pertama itu maka Muhammad menjadi
seorang utusan (rasul), sehingga dia mempunyai kewajiban untuk menyampaikan
ajaran Allah SWT kepada umat manusia. Setelah menjadi rasul, maka sifat-sifat
mulia yang dimilikinya tdak hanya dimilikinya sendiri, namun dia harus
mengajarkan dan memberi teladan kepada umat manusia untuk berakhlak yang mulia.
Nabi Muhammad bersabda :
Artinya : “Diriwayatkan dari Abi Hurairah, Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya
aku diutus untuk menyempurnakan akhlak)” (HR Ahmad).
Artinya : “Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah
kemuliaan itu semuanya.
Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh
dinaikkan-Nya”. (QS Fathir : 10)
Nabi Muhammad mengajarkan bahwa kemuliaan manusia tidak diukur dari harta,
keturunan, suku, keindahan tubuh, kekuatan, maupun pangkat dan jabatannya dalam
masyarakat.
Namun kemuliaan manusia terletak pada ketaatannya kepada
Allah SWT dan kemuliaan akhlaknya, baik berupa sikap, perkataan, maupun
perbuatannya dalam kehidupan sehari-hari. Padahal ketika itu masayarakat Arab
sangat menonjolkan keturunan dan sukunya. Mereka sering berselisih, bertengkar
bahkan berperang agar sukunya menjadi yang paling terhormat diantara yang lain.
Mereka juga sangat membanggakan harta dan kedudukan. Semakin banyak harta dan memiliki
banyak budak, maka mereka merasa menjadi mulia. Setelah menjadi rasul, Nabi
Muhammad SAW memberikan ajaran yang sangat mulia bahwa sebaik-baik manusia
adalah yang memberi manfaat dan dapat bermanfaat bagi orang lain. Padahal
perilaku masyarakat Quraisy saat itu seringkali menyengsarakan orang lain,,
mereka semena-mena terhadap orang-orang miskin apalagi terhadap budak-budak
mereka. Betapa beratnya tugas Nabi Muhammad SAW untuk membina manusia agar
berakhlak mulia ketika kondisi akhlaknya sudah buruk. Namun semua itu dilakukan
beliau dengan penuh kesabaran dan dengan cara memberi teladan.
c. Nabi Muhammad Sebagai
Rahmat bagi Alam Semesta
Bagi orang-orang yang merasakan bahwa kehidupan para
pembesar dan bangsawan Makkah yang sudah sesat dan keterlaluan, namun mereka
tidak mampu berbuat apa-apa, maka kehadiran Nabi Muhammad saw. seperti seteguk
air saat mereka merasakan dahaga yang sudah sangat lama. Nabi Muhammad saw.
mengajarkan tentang persamaan derajat manusia. Nabi Muhammad saw. juga
mengajarkan agar penyelesaian masalah tidak boleh dilakukan dnegan cara
kekerasan, namun harus dilakukan dengan cara-cara yang damai dan beradab. Hal
ini tercermin dalam tindakan Nabi Muhammad ketika mendamaikan masyarakat Makkah
saat akan meletakkan Hajar Aswad pada tempatnya.
Nabi Muhammad mengajarkan agar manusia bekerja keras untuk
dapat memenuhi kebutuhannya, namun ketika menjadi kaya maka dia harus mengasihi
yang miskin dengan cara menyisihkan sebagian hartanya untuk mereka. Orang yang
kuat harus mengasihi yang lemah. Orang tua harus menyayangi anaknya baik anak
itu laki-laki maupun perempuan, sebaliknya anak harus menghormati dan berbakti
kepada orang tuanya walaupun mereka sudah sangat tua. Ketika antar anggota
masyarakat dapat memahami hak dan kewajibannya, saling menghormati, menghargai,
dan mengasihi, maka akan menjadi masyarakat yang damai, aman, tenteram dan
sejahtera. Terbukti, saat ini keadaan Masyarakat Makkah dan Madinah menjadi
masyarakat yang sangat beradab, damai, sejahtera dan mengalami kemajuan yang pesat.
Semua itu diawali dengan ketakwaan mereka kepada Allah dan senantiasa berpegang
teguh kepada ajaran Nabi Muhammad saw. Dengan demikian sesungguhnya Nabi
Muhammad ditus oleh Allah SWT sebagai rahmat bagi seluruh alam. Nabi tidak
hanya diutus untuk penduduk Makkah saja, atau bagi bangsa Arab saja,
namun nilai-nilai yang dibawanya adalah nilai-nilai universal yang dapat
meningkatkan martabat umat manusia sehingga berbeda dengan binatang.
Artinya : “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat
bagi semesta alam.” (QَS Al Anbiya : 107}
d. Meneladani Dakwah Nabi
Muhammad SAW dan Para Sahabat di Makkah
Pada mulanya, dakwah Nabi Muhammad di Makkah dimulai dari
sanak keluarga dan kerabat dekat. Itupun dilakukan secara sembunyi-sembunyi, di
rumah salah seorang sahabat yang bernama Al Arqom bin Abil Arqom Al Makhzumi.
Upaya tersebut membuahkan hasil yang cukup menggembirakan. Kurang lebih tiga
tahun ada 39 orang yang menyatakan iman dan Islam, semuanya dari kerabat dekat
dan sahabat-sahabat yang lain. Di antara kerabat dekat yang masuk Islam waktu
itu antara lain Khadijah, Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar, Zaid bin Haritsah.
Khadijah, istri nabi, orang yang cukup terpandang dan kaya raya. Abu Bakar,
seorang dermawan yang kaya raya. Ali bin Abi Tholib, seorang pemuda yang cukup
cerdas dan dihormati. Dengan masuk Islamnya orang-orang tersebut membawa
pengaruh besar pada dakwah nabi sampai masa berikutnya. Karena orang-orang
tersebut cukup dihormati di kalangan orang-orang Quraisy.
Di antara sahabat yang menyusul masuk Islam antara lain
Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, Saad bin Abi Waqash, Abdurrahman bin Auf,
Fatimah binti Khatab serta suaminya (Said bin Zaid), Arqam bin Abil Arqam,
Thalhah bin Ubaidillah. Mereka termasuk “Assabiqunal Awwalun”, yakni
orang-orang yang pertama kali masuk Islam. Dakwah secara terang-terangan yang
dilakukan Nabi Muhammad saw. mendapat reaksi cukup keras dari para pemuka dan
tokoh Quraisy, antara lain Abu Lahab (Abdul Uzza), Abu Jahal, Umar ibnu Khatab
(sebelum masuk Islam), Uqbah bin Abi Muatih, Aswad bin Abdi Jaghuts, Hakam bin
Abil Ash, Abu Sufyan bin Harb (sebelum masuk Islam), Ummu Jamil (istri Abu
Lahab). Reaksi keras yang dilakukan oleh para tokoh Quraisy tersebut antara
lain berupa ejekan, hinaan, hasutan, ancaman, dan penganiayaan secara fisik.
Hal yang sama juga dilakukan kepada orang-orang Quraisy sendiri, agar tidak
mengikuti seruan Nabi Muhammad. Namun, Rasulullah tetap tabah dan sabar, dakwah
pun tetap dijalankan. Bahkan semakin terang-terangan dan meluas ke wilayah
lain.
Menghadapi sikap Rasulullah tersebut orang-orang Quraisy
bertambah marah, bahkan pernah merencanakan akan melakukan pembunuhan terhadap
Nabi Muhammad. Rencana tersebut dilakukan menjelang Nabi Muhammad akan hijrah
ke Madinah. Atas pertolongan Allah SWT, waktu itu Nabi selamat dari rencana
pembunuhan tersebut. Kemudian bisa hijrah ke Madinah. Meskipun Nabi Muhammad
saw. dengan susah payah dalam berdakwah karena mendapat tantangan dari Kaum
Quraisy, tetapi makin hari makin didengar orang sehingga makin banyak
pengikutnya. Dakwah Nabi Muhammad di Makah dilakukan kurang lebih selama 13
tahun, dan selebihnya selama 10 tahun Nabi Muhammad berada di Madinah. Ketika
berdakwah di Makkah, tantangan yang dihadapi oleh Rasulullah dan para sahabat
begitu besar. Dari uraian sejarah di atas dapat diambil pelajaran yang sangat
berharga dari cara cara dakwah Rasulullah yang harus diteladani oleh umat
islam, antara lain adalah :
1. Nabi Muhammad berdakwah dengan keeladanan. Sebelum beliau menyampaikan
sesuatu, maka beliau terlebih dahulu melaksanakanya. Jadi, disamping dakwah
dengan lisan, dakwah juga dilakukan dengan perbuatan, sikap, dan keteladanan
dalam kehidupan sehari-hari.
2. Disampaikan dengan penuh kehati-hatian, sabar, dan menggunakan bahasa yang
halus dan lemah lembut serta dengan bahasa yang mudah dipahami.
3. Rasulullah saw. memposisikan para pengikutnya sebagai sahabat, hal ini
tercermin dalam sebutan para pengikutnya yakni dengan sebutan ‘sahabat’. Cara
seperti ini menimbulkan rasa simpati yang luar biasa, karena di dalam Islam
nyata-nyata diterapkan kesetaraan.
4. Rasulullah saw. selalu bersama para sahabat-sahabatnya baik dalam keadaan
suka maupun duka, dengan demikian terjalin persatuan, kesatuan, dan solidaritas
umat Islam yang sangat kuat. Dalam berdakwah Rasulullah saw. tidak pernah
memaksakan kehendak, Rasulullah saw hanya menyampaikan ajaran dari Allah SWT,
dan memberikan pemahaman secara rasional dan dengan hati yang jernih. Mengikuti
atau tidak hal itu menjadi hak pribadi masing-masing. Dengan kata lain, dalam
berdakwah Rasulullah saw tidak pernah menggunakan cara-cara kekerasan
e. Hambatan &
rintangan berdakwah
Pada
umumnya, orang kafir Quraisy tidak senang menerima kehadiran agama Islam di
tengah-tengah kehidupan mereka. Para tokoh masyarakatnya mulai menyebarkan isu
yang tidak benar mengenai ajaran yang dibawa Nabi Muhammad saw. sehingga banyak
masyarakat yang terpengaruh oleh isu-isu yang menimbulkan fitnah tersebut.
Salah
seorang tokoh masyarakat Quraisy yang selalu menghalangi gerakan dakwah Nabi
Muhammad saw. adalah Abu Lahab. Ia mulai menghasut masyarakat Arab Quraisy
supaya membenci Nabi Muhammad saw. dan Islam. Bahkan Abu Thalib, paman Nabi
yang memelihara dan mengasuhnya sejak kecil juga dihasut untuk melarang Nabi
Muhammad saw. agar tidak menyebarkan ajaran Islam. Ia mendapat ancaman dan
dipaksa untuk memenuhi keinginan masyarakat Quraisy tersebut.
Pada
suatu ketika, Abu Thalib membujuk Nabi Muhammad saw. agar bersedia menghentikan
kegiatan dakwahnya karena banyak tokoh masyarakat kafir Quraisy yang
mengancamnya bila ia tidak berhasil membujuk Nabi Muhammad saw. untuk
menghentikan dakwahnya. Namun permohonan pamannya itu tidak dikabulkan, bahkan
ia berkata tegas: “Wahai pamanku, demi Allah, sekiranya matahari diletakkan di
sebelah kananku, dan bulan di sebelah kiriku supaya aku berhenti berdakwah,
pasti aku tidak akan mau berhenti berdakwah sampai Allah memberiku kemenangan
atau aku binasa dalam perjuangan.”
Mendengar
perkataan dan tekad bulat Nabi Muhammad saw. untuk terus berjuang, Abu Thalib
tidak bisa berbuat banyak kecuali menyerahkan sepenuhnya kepada Nabi Muhammad
saw. Hanya saja ia berpesan agar waspada dalam menyebarkan dakwah Islam dan
berusaha menghindari ancaman masyarakat Quraisy.
Orang-orang
kafir Quraisy tidak berani berhadapan langsung dengan Nabi Muhammad saw. untuk
memintanya agar meninggalkan kegiatan dakwah karena mereka masih memandang
posisi sosial pamannya, yaitu Abu Thalib. Tetapi mereka berani mengambil
tindakan terhadap keluarga dan para sahabat Nabi.
Melihat
usaha pendekatan Abu Thalib gagal dan agama Islam terus memperoleh pengikut,
Abu Jahal dan Abu Sufyan mendatangi Abu Thalib kembali sambil mengancam. Mereka
berkata: “Hai Abu Thalib, kamu sudah tua, kamu harus mampu menjaga dirimu
jangan membela Muhammad. Kalau hal itu dilakukan terus maka keluarga kita akan
pecah.” Tetapi ancaman itu juga tidak berhasil. Hal itu disebabkan karena tekad
kuat Nabi Muhammad saw. sudah bulat untuk terus melaksanakan dakwah Islam
kepada masyarakat Mekkah meskipun ia harus bertaruh nyawa.
f. Latar Belakang
Pada abad ke-5 sejarah dakwah Rasulullah SAW.
Di Mekah, bangsa Quraisy dengan segala upaya berusaha melumpuhkan gerakan
Muhammad SAW. Hal ini dibuktikan dengan pemboikotan terhadap Bani Hasyiim dan Bani
Muthalib (keluarga besar Muhammad SAW.). beberapa pemboikotan tersebut antara
lain : · Memutuskan hubungan perkawinan. · Memutuskan hubungan jual beli. ·
Memutuskan hubungan ziarah-menziarahi. · Tidak ada tolong menolong.
g. Faktor Pendukung · `
Semangat dan kesungguhan Rasulullah saw dalam
menyampaikan dakwah menyebarkan Islam. · Karaktristik Islam dan sistim
kehidupan baru yang dibawanya. · Semangat para sahabat Rasulullah saw dan
motivasi mereka mencari ilmu, menghafalkan dan menyampaikan kepada orang lain.
· Ummahatul-mukminin yang menjadi tempat bertanya bagi kaum muslimin terutama
para sahabiyah jika mereka malu langsung bertanya kepada Rasulullah saw tentang
pelbagai hukum dan sunnah Rasulullah saw. · Para sahabiyah pula mempunyai
pengaruh yang cukup besar dalam penyebaran sunnah Rasulullah. · Pengaruh para
da’i dan utusan yang dikirim ke daerah-daerah. · Fathu’l Makkah yang terjadi
setelah Musyrik Qurays melanggar perjanjian Hudaibiyah pada tahuan 8 H · Haji
wada’ pada bulan Zulhijjah tahun 10 H, juga merupakan perstiwa penting dalam
sejarah penyebaran sunnah Rasulullah saw. · Setelah penaklukkan Makkah dan haji
Wada’, utusan-utusan dari pelbagai kawasan dan kabilah datang ke Medinah untuk
membai’at Rasulullah dan bersatu di bawah panji agama Allah.
h. Strategi Dakwah Rasulullah saw
Periode Mekah Tujuan dakwah
Rasulullah SAW pada periode Mekah adalah agar masyarakat Arab meninggalkan
kejahiliyahannya di bidang agama, moral dan hokum, sehingga menjadi umat yang
meyakini kebenaran kerasulan nabi Muhammad SAW dan ajaran Islam yang
disampaikannya, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Strategi
dakwah Rasulullah SAW dalam berusaha mencapai tujuan yang luhur tersebut
sebagai berikut: 1. Dakwah secara Sembunyi-sembunyi Selama 3-4 Tahun Pada masa
dakwah secara sembunyi-sembunyi ini, Rasulullah SAW menyeru untuk masuk Islam,
orang-orang yang berada di lingkungan rumah tangganya sendiri dan kerabat serta
sahabat dekatnya. Mengenai orang-orang yang telah memenuhi seruan dakwah
Rasulullah SAW tersebut adalah: Khadijah binti Khuwailid (istri Rasulullah SAW,
wafat tahun ke-10 dari kenabian), Ali bin Abu Thalib (saudara sepupu Rasulullah
SAW yang tinggal serumah dengannya), Zaid bin Haritsah (anak angkat Rasulullah
SAW), Abu Bakar Ash-Shiddiq (sahabat dekat Rasulullah SAW) dan Ummu Aiman
(pengasuh Rasulullah SAW pada waktu kecil). Abu Bakar Ash-Shiddiq juga
berdakwah ajaran Islam sehingga ternyata beberapa orang kawan tnya menyatakan
diri masuk Islam, mereka adalah: · · Abdul Amar dari Bani Zuhrah · Abu Ubaidah
bin Jarrah dari Bani Haris · Utsman bin Affan Zubair bin · Awam Sa’ad bin Abu
Waqqas · dekaThalhah bin Ubaidillah. · Utsman bin Affan Orang-orang yang masuk
Islam, pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi, yang namanya sudah disebutkan
d atas disebut Assabiqunal Awwalun (pemeluk Islam generasi awal). 2 2. Dakwah
secara terang-teranga Dakwah secara terang-terangan ini dimulai sejak tahun
ke-4 dari kenabian, yakni setelah turunnya wahyu yang berisi perintah Allah SWT
agar dakwah itu dilaksanakan secara terang-terangan. Wahyu tersebut berupa ayat
Al-Qur’an Surah 26: 214-216. Tahap-tahap dakwah Rasulullah SAW secara
terang-terangan ini antara lain sebaga berikut: 1. Mengundang kaum kerabat
keturunan dari Bani Hasyim, untuk menghadiri jamuan makan dan mengajak agar
masuk Islam. Walau banyak yang belum menerima agama Islam, ada 3 orang kerabat
dari kalangan Bani Hasyim yang sudah masuk Islam, tetapi merahasiakannya.
Mereka adalah Ali bin Abu Thalib, Ja’far bin Abu Thalib, dan Zaid bin Haritsah.
2. Rasulullah SAW mengumpulkan para penduduk kota Mekah, terutama yang berada
dan bertempat tinggal di sekitar Ka’bah untuk berkumpul di Bukit Shafa. Pada
periode dakwah secara terang-terangan ini juga telah menyatakan diri masuk
Islam dari kalangan kaum kafir Quraisy, yaitu: Hamzah bin Abdul Muthalib (paman
Nabi SAW) dan Umar bin Khattab. Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam pada
tahun ke-6 dari kenabian, sedangkan Umar bin Khattab (581-644 M). Rasulullah
SAW menyampaikan seruan dakwahnya kepada para penduduk di luar kota Mekah.
Sejarah mencatat bahwa penduduk di luar kota Mekah yang masuk Islam antara
lain: ۞ Abu Zar Al-Giffari, seorang tokoh dari kaum Giffar. ۞ Tufail bin Amr
Ad-Dausi, seorang penyair terpandang dari kaum Daus. ۞ Dakwah
Rasulullah SAW terhadap penduduk Yastrib (Madinah). Gelombang pertama tahun 620
M, telah masuk Islam dari suku Aus dan Khazraj sebanyak 6 orang. Gelombang
kedua tahun 621 M, sebanyak 13 orang, dan pada gelombang ketiga tahun
berikutnya lebih banyak lagi. Diantaranya Abu Jabir Abdullah bin Amr, pimpinan
kaum Salamah. Pertemuan umat Islam Yatsrib dengan Rasulullah SAW pada gelombang
ketiga ini, terjadi pada tahun ke-13 dari kenabian dan menghasilkan Bai’atul
Aqabah. Isi Bai’atul Aqabah tersebut merupakan pernyataan umat Islam Yatsrib
bahwa mereka akan melindungi dan membela Rasulullah SAW. Selain itu, mereka
memohon kepada Rasulullah SAW dan para pengikutnya agar berhijrah ke Yatsrib.
i.
Bukti Peninggalan
·
Makam Nabi Muhammad · Rumah Nabi Muhammad jadi
perpustakaan. · Rumah Siti Khadijah jadi toilet · Penghancuran makam keluarga
Rasulullah · Penghancuran makam Imam Hasan bin Ali
j.
Hikmah mempelajari sejarah Dakwah Nabi ·
Menjadi pelajaran bai para penggiat dakwah dan
umat. · Menjadi contoh strategi dakwah yang akan dilakukan pleh para generasi
penggiat dakwah. · Menambah keimanan dan keyakinan orang-orang beriman.
Post a Comment