Headlines News :
Home » » Dakwah Muhammad saw di Makkah

Dakwah Muhammad saw di Makkah

Written By Aajum on Friday, November 30, 2012 | 2:53 AM


LETAK GEOGRAFIS KOTA MEKKAH 
            Republika.co.id – Makah terletak di sebelah barat jazirah arab dan najed, kota ini (dimasukkan) dalam wilayah tuhamah, sebelah utaranya terdapat kota madinah al-munawarah. Sedangkan sebelah timurnya kota najed dan riyadh, sebelah yaman.
Dari sebelah barat kota jeddah, kota ini berada dalam ketinggian ± 330 m dari permukaan laut. Dan jarak antara kota makkah dan jeddah setelah pembuatan jalan baru sekitar 60 km, sedangkan dengan madinah kalau melewati jalan hijrah sekitar 445 km.
Makkah terletak antara dua gunung sehingga bangunan yang ada di kota ini kalau dilihat dari jauh tidak akan kelihatan. Dua gunung tersebut adalah gunung falaq atau falah yang terletak di sebelah makkah dan memanjang ke arah barat. Gunung quai quan yang tingginya hampir sama dengan gunung hindi, luk-luk dan kaddi.

Makkah adalah kota yang sangat strategis yang mana selama kurang lebih 2500 tahun sebelum masehi merupakan tempat pemberhentian kafilah dari negeri yaman dan syam (suriah) palestina dan libanon. Di kota ini terdapat tiga jalan yang menjadikannya bertambah bermakna dan penting yaitu jalan yaman, jalan palestina dan jalan laut merah.
Luas kota ini mencapai 4800 hektar lebih, dengan jumlah penduduk 600.000 orang lebih. Suhu udara yang ada di makkah adalah kering dan panas hal ini karena disebabkan gunung-gunung dan tanah yang berbatu telah mengelilingi kota ini.
Sehingga menghalangi angin yang datang dari sebelah utara, dan memantulkan sinar matahari yang menambah panasnya suhu udara. Sedangkan udara sangat panas sekali di bulan juli, agustus dan september, dan hujan turun di bulan januari itu pun tidak deras dan tidak sering.
SEJARAH NABI MUHAMMAD SAW DALAM BERDAKWAH
Ada dua tahap dakwah yang dilakukan muhammad. Pertama,dakwah secara diam-diam selama 3 tahun. Keluarga dan sahabat nabi yang masuk islam pada tahap ini antara lain khadijah, abu bakar as-siddiq, dan ali bin abi talib. Kedua, dakwah secara terang-terangan, yang dilakukan nabi setelah turun perintah allah (q.15:94). Dakwah ini berlangsung hingga nabi wafat. Banyak sahabat yang memeluk islam pada masa ini, antara lain umar bin khattab dan usman bin affan.
Aksi menentang dakwah
Kaum musyrik quraisy tak mampu menghentikan dakwahmuhammad. Berbagai cara mereka lakukan, tapi hasilnya tetap nihil. Mereka lalu mengutus 10 orang untuk menemui abi talib dan meminta agar ia mau membujuk keponakannya berhenti berdakwah. Namun muhammad menolak permintaan tersebut. Melihat keteguhan hati muhammad, abi talib akhirnya mendukung keputusan keponakannya itu dan berjanji untuk selalu melindunginya dari ancaman orang quraisy.
Tahun duka cita
Muhammad benar-benar sedih ketika abi talib yang menjadi pelindung utamanya wafat pada bulan ramadan 2 sh, dalam usia 87 tahun. Belum hilang kesedihannya, khadijah, istrinya yang ia cintai dan selalu mendampinginya dalam perjuangan, juga meninggal dunia. Muhammad sangat sedih dengan wafatnya kedua orang yang menjadi pembela risalahnya itu. Karena itu, tahun ke- 10 kenabian ini disebut ‘am al-huzn (tahun duka cita).
Isra` mi`raj
Pada tahun ke-10 kenabian, terjadi peristiwa isra mikraj. Allah swt. Memperjalankan nabi saw. Pada malam hari (isra) dari masjidilharam di mekah ke masjidilaksa di yerusalem, kemudian membawanya naik (mikraj) ke langit agar bisa menyaksikan kekuasaan allah swt. (q.17:1). Dalam kesempatan mi’raj itulah nabi menerima perintah dari allah swt. Berupa kewajiban menjalankan salat lima waktu.
Dakwah ke tha’if
Gangguan kaum kuraisy terhadap muhammad semakin menjadi-jadi setelah paman dan istrinya wafat. Pada bulan syawal tahun ke-10 kenabian, muhammad pergi ke luar kota mekah menuju ta’if (65 km sebelah tenggara mekah) bersama anak angkatnya, zaid bin harisah, untuk menyebarkan dakwah. Selama sepuluh hari, nabi saw. Menemui para pemuka bani saqif. Namun kehadiran nabi di sana ditolak oleh mereka.
Ikrar aqabah
Suatu saat nabi bertemu dengan enam orang suku aus dan khazraj dari yatsrib. Nabi menggunakan kesempatan ini untuk memperkenalkan agama islam. Mereka pun lalu menyatakan masuk islam di hadapan nabi. Setelah pulang ke yatsrib, mereka memberitahukan hal tersebut kepada penduduk lainnya. Pada musim haji berikutnya, datanglah delegasi suku aus dan khazraj menemui nabi di aqabah. Mereka menyatakan ikrar kesetiaan kepada nabi, yang kemudian dikenal dengan ikrar aqabah. Mereka juga meminta agar nabi bersedia pindah ke yatsrib untuk menghindari gangguan orang kuraisy. Mereka berjanji akan membela nabi dari segala ancaman.
Rencana membunuh nabi
Sebelum hijrah ke yatsrib, kaum kuraisy berencana membunuh nabi. Tapi rencana jahat itu ketahuan sebelum terlaksana. Ketika mereka mengepung rumah nabi, mereka hanya menemukan ali bin abi talib di tempat tidur nabi, sementara nabi dan abu bakar sudah pergi. Ketika kaum kuraisy mengejar, nabi dan abu bakar bersembunyi di gua sur. Setelah aman barulah mereka melanjutkan perjalanan ke yatsrib.

TUJUAN NABI MUHAMMAD SAW BERDAKWAH
Tujuan dakwah adalah menjadikan manusia muslim mampu mengamalkan ajaran islam dalam kehidupan bermasyarakat dan menyebarluaskan kepada masyarakat yang mula-mula apatis terhadap islam menjadi orang yang suka rela menerimanya sebagai petunjuk aktivitas duniawi dan ukhrawi.

Kebahagiaan ukhrawi merupakan tujuan final setiap muslim. Untuk mencapai maksud tersebut diperlukan usaha yang sungguh-sungguh dan

penuh optimis melaksanakan dakwah.
Oleh karena itu seorang da`i harus memahami tujuan dakwah, sehingga segala kegiatannya benar-benar mengarah kepada tujuan seperti dikemukakan di atas. Seorang da`i harus yakin akan keberhasilannya, jika ia tidak yakin dapat menyebabkan terjadinya penyelewengan-penyelewengan di bidang dakwah.
Sejarah perjuangan umat islam dalam menegakkan panji-panji islam pada dasarnya seluruh golongan dalam islam sepakat memperjuangkan dan merealisasikan nilai-nilai ajaran islam dalam kehidupan umat manusia. Tetapi kenyataan menunjukkan hal yang berlawanan. Berubah kepada pencapaian kekuasaan golongannya sendiri sehingga menimbulkan persaingan dan pertentangan di antara golongan itu sendiri. Dalam masalah bisnis terlihat adanya transaksi yang sering menguntungkan di satu pihak sementara pada pihak lain dirugikan. Inilah akibat yang ditimbulkan oleh orang yang tidak memahami hakikat perjuangan suci.
Disinilah letaknya mengapa tujuan dakwah itu perlu diperjelas agar menjadi keyakinan yang kokoh untuk menghindari terjadinya salah arah. Tujuan dakwah hakikatnya sama dengan diutusnya nabi muhammad saw. Membawa ajaran islam dengan tugas menyebarluaskandinul haq itu kepada seluruh umat manusia sesuai dengan kehendak allah swt.
Berikut akan diuraikan tentang tujuan dakwah :
·           Mengajak umat manusia (meliputi orang mukmin maupun orang kafir atau musyrik) kepada jalan yang benar agar dapat hidup sejahtera di dunia maupun di akhirat.
·           Mengajak umat islam untuk selalu meningkatkan taqwanya kepada allah swt.
·           Mendidik dan mengajar anak-anak agar tidak menyimpang dari fitrahnya.
·           Menyelesaikan dan memecahkan persoalan-persoalan yang gawat yang meminta segera penyelesaian dan pemecahan.
·           Menyelesaikan dan memecahkan persoalan-persoalan yang terjadi sewaktu-waktu dalam masyarakat.

Jadi inti dari tujuan yang ingin dicapai dalam proses pelaksanaan dakwah adalah keridhaan allah swt. Dimana obyek dakwah tidak hanya terbatas kepada umat islam saja, tetapi semua manusia bahkan untuk semua alam. Dari sudut manapun dakwah itu diarahkan, maka intinya adalah amar ma`ruf nahyi munkar yang bertujuan untuk merubah dari sesuatu yang negatif kepada yang positif, dari yang statis kepada kedinamisan sebagai upaya merealisasikan kebahagiaan dunia dan akhirat.

RINTANGAN DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW

Meniti jalan dakwah memang tidak semulus laiknya melintasi jalan tol. Selalu ada aral, tantangan, dan berbagai bentuk ujian lainnya. Setidaknya itulah yang kami rasakan dalam bulan-bulan terakhir ini. Ketika kami mengangkat tema terorisme, ungkapan protes hingga pernyataan bernada cacian mengalir ke meja redaksi kami. Tak hanya itu. Ancaman peledakan kantor redaksi dari para pemuja usamah bin laden juga nyata menyela kesibukan kami.

Berikutnya, ketika kami “mengurai” hizbut tahrir, juga ada pihak-pihak yang kemudian merasa gerah. Pihak hti, secara khusus, bahkan merilis pembelaan diri melalui situs resmi mereka.
Jika kita (mau) merunut sejarah, akan kita dapati bagaimana potret dakwah rasulullah n dan para shahabatnya serta realita yang mereka hadapi. Dakwah mereka, selain bersifat “mengajak” (kepada kebaikan) juga bersifat “memperingatkan” (dari bahaya kejelekan berupa syirik, bid’ah, maksiat dan tentu saja kelompok pengusungnya). Kita lihat, bagaimana gamblangnya rasulullah n mengecam khawarij dan qadariyah, bagaimana kerasnya ‘umar terhadap orang yang mempertanyakan ayat-ayat mutasyabihat, bagaimana tegasnya ‘ali bin abi thalib memerangi syi’ah dan khawarij, dan lain sebagainya. Belum lagi yang rasulullah n sebutkan ciri-cirinya secara umum seperti orang-orang/kelompok yang menggunakan ayat-ayat mutasyabihat dan menakwilkan sesuai keinginannya untuk menimbulkan fitnah, dsb.
Barangkali saat ini kita akan kesulitan menemukan kelompok yang berlabel khawarij, qadariyah, jabriyah, atau nama-nama lain yang di jaman rasulullah n, para shahabat, dan tabi’in telah ada. Tapi sifat-sifat mereka telah gamblang dijelaskan rasulullah n dan para shahabatnya. Sehingga semanis apapun namanya saat ini, para ulama bisa menghukumi mereka, apakah kelompok tersebut menyimpang ataupun tidak.
Atas dasar ini, kami pun mengusung tema-tema “panas” yang oleh sebagian orang barangkali dianggap menggerogoti ukhuwah islam. Tidak ada niatan sedikitpun dari kami insya allah, untuk merasa benar sendiri atau yang semacamnya. Tapi kami mengajak untuk berpikir ilmiah, mendasarkan seluruh aktivitas keilmuan ataupun pemikiran kita di atas dalil. Bukan dengan mengagung-agungkan tokoh-tokoh tertentu dan berbagai pemikirannya secara berlebihan. Lebih-lebih menggelari mereka dengan gelar-gelar yang menjadi hak allah untuk memberikannya, seperti al-imam asy-syahid dan sebagainya.

METODE DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW
Dakwah yang dilakukan oleh rasulullah terbagi dalam 2 periode, yaitu di mekkah dan madinah. Pada awal periode mekkah rasulullah berdakwah secara sembunyi-sembunyi, mendatangi orang-orang dekat beliau antara lain istri beliau khadijah, keponakannya ali, budak beliau zaid, untuk diajak masuk islam. Ketika turun surat al muddatstsir : 1-2, rasululah mulai melakukan dakwah di tengah masyarakat, setiap bertemu orang beliau selalu mengajaknya untuk mengenal dan masuk islam (masih dalam keadaan sembunyi-sembunyi). Ketika abu bakar menyatakan masuk islam, dan menampakkannya kepada orang-orang yang dia percayai, maka muncullah nama-nama seperti utsman bin affan, zubair bin awwam, abdurrahman bin auf, saad bin abi waqash dan thalhah bin ubaidillah  yang juga masuk islam. Dan seterusnya diikuti oleh yang lain seperti abu ‘ubaidah, abu salamah, arqom bin abi al arqom, dll. Beliau menjadikan rumah arqom bin abi al arqom sebagai pusat pengajaran dan sekaligus pusat kutlah (kelompok) yang dalam bahasa kita tepatnya disebut sekretariat. Di tempat ini rasulullah mengajarkan hukum-hukum islam, membentuk kepribadian islam serta membangkitkan aktivitas berpikir para sahabatnya tersebut. Beliau menjalankan aktivitas ini lebih kurang selama 3 tahun dan menghasilkan 40 orang lebih yang masuk islam.
Selama 3 tahun membangun kutlah kaum muslim dengan membangun pola pikir yang islami (‘aqliyah islamiyah) dan jiwa yang islami (nafsiyah islamiyah), maka muncullah sekelompok orang yang memiliki syakhsiyah islamiyah (kepribadian islam) yang siap berdakwah di tengah-tengah masyarakat jahiliyah pada saat itu. Hal ini bertepatan dengan turunnya surat al hijr : 94, yang memerintahkan rasulullah untuk berdakwah secara terang-terangan dan terbuka. Ini berarti rasulullah dan para sahabatnya telah berpindah dari tahapan dakwah secara sembunyi-sembunyi (daur al istikhfa’) kepada tahapan dakwah secara terang-terangan (daur al i’lan). Dari tahapan kontak secara individu menuju tahap menyeruh seluruh masyarakat. Sejak saat itu mulai terjadi benturan antara keimanan dan kekufuran, antara pemikiran yang haq dan pemikiran yang batil. Tahapan ini disebut marhalah al tafa’ul wa al kifah yaitu tahap interaksi dan perjuangan. Di tahapan ini kaum kafir mulai memerangi dan menganiayah rasulullah dan para sahabatnya. Ini adalah periode yang paling berat dan menakutkan di antara seluruh tahapan dakwah. Bahkan sebagian sahabat yang dipimpin oleh ja’far bi abi thalib diperintahkan oleh rasul untuk melakukan hijrah ke habsyi. Sementara rasulullah dan sahabat yang lain terus melakukan dakwah dan mendatangi para ketua kabilah atau ketua suku baik itu suku yang ada di mekkah maupun yang ada di luar mekkah. Terutama ketika musim haji, dimana banyak suku dan ketua sukunya datang ke mekkah untuk melakukan ibadah haji. Rasulullah mendatangi dan mengajak mereka masuk islam atau minimal memberikan dukungan terhadap perjuangan rasulullah.

Share this post :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. INTISARI QUR'AN - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger