Headlines News :
Home » » Dakwah Nabi saw di Makkah

Dakwah Nabi saw di Makkah

Written By Aajum on Friday, November 30, 2012 | 3:01 AM



A.Letak Geografis
Makkah terletak di sebelah barat jazirah Arab dan Najed, kota ini (dimasukkan) dalam wilayah Tuhamah, sebelah utaranya terdapat Kota Madinah Al-Munawarah. Sedangkan sebelah timurnya Kota Najed dan Riyadh, sebelah Yaman.
Dari sebelah barat Kota Jeddah, kota ini berada dalam ketinggian ± 330 m dari permukaan laut. Dan jarak antara Kota Makkah dan Jeddah setelah pembuatan jalan baru sekitar 60 km, sedangkan dengan Madinah kalau melewati jalan hijrah sekitar 445 km.
Makkah terletak antara dua gunung sehingga bangunan yang ada di kota ini kalau dilihat dari jauh tidak akan kelihatan. Dua gunung tersebut adalah Gunung Falaq atau Falah yang terletak di sebelah Makkah dan memanjang ke arah Barat. Gunung Quai Quan yang tingginya hampir sama dengan gunung Hindi, Luk-luk dan Kaddi.

B.Latar belakang

Pada saat masyarakat Arab melaksanakan peribadatan terhadap Ka’bah dan penyembahan berhala, juga patung-patung yang disucikan oleh seluruh Bangsa Arab, cita-cita Rasulullah saw untuk memperbaiki keadaan mereka(menyebarkan islam ke orang terdekat dahulu )
Kemudian secara terang terangan untuk menyebarkan agama islam dan aturannya

C.Faktor pendukung

Keluarga dan sahabat Nabi yang masuk Islam pada tahap ini antara lain Khadijah, Abu Bakar as-Siddiq, dan Ali bin Abi Talib. Kedua, dakwah secara terang-terangan, yang dilakukan Nabi setelah turun perintah Allah (Q.15:94). Dakwah ini berlangsung hingga Nabi wafat. Banyak sahabat yang memeluk Islam pada masa ini, antara lain Umar bin Khattab dan Usman bin Affan.
(pendukung nya adalah keluarga dan kerabat rasulullah)
D.Strategi dakwah nabi
 a.Dakwah secara sembunyi-sembunyi (selama 3 tahun)
Pada saat masyarakat Arab melaksanakan peribadatan terhadap Ka’bah dan penyembahan berhala, juga patung-patung yang disucikan oleh seluruh Bangsa Arab, cita-cita Rasulullah saw untuk memperbaiki keadaan mereka tentu bertambah sulit. Maka dalam menghadapi kondisi tersebut, tindakan yang paling bijaksana adalah dengan memulai dakwah secara sembunyi-sembunyi, agar penduduk Makkah tidak kaget karena harus menghadapi sesuatu yang menggusarkan mereka dengan tiba-tiba
b.  Dakwah secara terang-terangan
Wahyu pertama yang turun dalam masalah ini adalah firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Asy-Syu’ara ayat 214, “Dan, berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang dekat.” Permulaan ayat Asy-Syu’ara yang memuat ayat ini menyebutkan kisah Musa as dari permulaan nubuwah hingga hijrah beliau bersama Bani Israel, dan tahapan-tahapan yang dilalui Musa as selama menyeru Fir’aun dan kaumnya kepada Allah SWT. Hal ini disampaikan agar Rasulullah saw dan para sahabatnya memperoleh sedikit gambaran mengenai hal-hal yang akan mereka hadapi ketika menampakkan dakwah. 
Langkah pertama yang Rasulullah saw lakukan setelah turun ayat tersebut, ialah dengan mengundang Bani Hasyim. Mereka memenuhi undangan ini, sejumlah empat puluh lima orang dari Bani Al-Muththalib bin Abdi Manaf, dan terjadi dialog pembuka, yang diawali oleh Abu Lahab yang mewakili Bani Al-Muththalib bin Abdi Manaf dengan Rasulullah saw yang mulai menjelaskan mengenai surga dan neraka. Pada akhir dialog tersebut, mereka mengingkari segala yang disampaikan oleh Rasulullah saw, kecuali Abu Thalib, yang telah mendukung dan akan melindungi Rasulullah saw selama hidupnya.

E.Rintangan dakwah Nabi
kunciRintangan Da’wah Nabi Muhammad, kurang lebih hampir sama dengan Perjuangan Nabi Musa dalam menegakkan kalimat Allah di negeri Mesir.
Setelah Nabi Muhammad mendapat perintah da’wah kepada karib kerabatnya, maka tindakan beliau yang pertama adalah beliau mengundang karib kerabat dekatnya di kaki bukit Shafa untuk menyampaikan da’wah beliau. Pada pertemuan pertama itu inilah pidato Nabi dihadapan Karib-kerabatnya :

"Bagaimana menurut pendapat kalian, jikalau saya memberitahukan kepada kalian, bahwasanya ada seekor unta keluar dari dalam gunung ini lalu ia hendak merobah kalian semua, apakah kamu membenarkan cerita saya ini?"

Yang hadir menjawab : “Ya kami percaya, selama ini kami tidak pernah mengetahui bahwa engkau (Muhammad) itu adalah pendusta”

Nabi Muhammad kemudian bersabda :
“Bahwa sesungguhnya saya ini pemberi ancaman kepada kalian, dihadapan azab Tuhanmu yang amat keras”

Baru sekian pidato Nabi, tiba-tiba berdirilah Abdul ‘Uzza (Abu Lahab) dan dengan suara keras dia menegur Nabi :

“Binasalah kamu Muhammad ! Apakah hanya untuk ini saja kamu kumpulkan kami semua ?
Sama sekali belum pernah ada orang yang datang kepada keturunan orang tuanya dan kaumnya yang lebih keji dari pada apa yang kamu bawa itu”

Nabi kemudian terdiam, maka turunlah wahyu surat Al-Lahab sebagai berikut :

Tabbat yadaa abii lahabin wa tabb.
Sia-sia jualah ujudnya tipu daya penghasut perang dan pasti sia-sia

Abu Lahab masih terbakar emosinya dan terus mengucapkan kata-kata ancaman kepada Nabi :
"Jika apa yang dikatakan Muhammad itu benar, maka saya akan tebus dari padanya itu dengan harta dan anakku".

Maka Allah menurunkan wahyu selanjutnya :

Maa agnaa ‘anhu maaluhuu wa maa kasab
Tidak akan ada gunanya mereka mengeluarkan segenap dana dan daya

Sayashlaa naaran zaata lahab
Hanya akan membakar diri dengan api perang semesta

Wam-ra-atu-huu hammaa latal hatab
Dan juga kaum wanitanya yang turut serta

Fii jiidihaa hablunm mimmasad
Ikut terjerat oleh akibat perang angkara.

Demikianlah selanjutnya Nabi Muhammad menghadapi tantangan yang amat berat dari kaum Quraisy yang dalam sejarah dikatakan ada tiga factor kenapa kaum Quraisy pada mulanya menolak da’wah Nabi tersebut adalah sebagai berikut :

Yang pertama karena adanya taklid kepada ajaran Nenek Moyang mereka, baik mengenai aturan hukum maupun aturan peribadatan yang banyak menggunakan simbol-simbol patung disekitar Ka’bah.

Yang kedua adalah Da’wah Nabi Muhammad membawakan ajaran persamaan hak dan derajat, sementara Bangsa Arab merasa lebih tingga dari pada budak-budak mereka sehingga apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad mereka tolak dengan kesiapan untuk perang sampai titik darah yang penghabisan.

Yang ketiga adanya persaingan perebutan kekuasaan untuk menjadi Penguasa di Kota Mekah, khususnya dalam pengurusan Ka’bah.

Dari semua pengalaman Nabi-Nabi itu, mereka selalu memenangkan perjuangan melawan kebathilan sehingga memang amat sulit jika kita bandingkan dengan Da’wah masa kini, yang berfungsi hanya untuk menghibur orang dan bukan menyatakan yang benar itu benar dan yang salah itu salah walalupun pahit bagi dirinya.

Menjadi pertanyaan besar bagi kita bagaimana tantangan Da’wah abad kedua-puluh satu ini, jika ada seruan dari Allah agar meninggalkan ajaran Nakek-Moyang kalian dan kembalilah kepada Ajaran Allah yang dapat menjamin satu kehidupan saling memakmurkan, saling memuliakan, saling mensejahterakan diantara penduduk negeri ini.
Jawabannya adalah, selama masih ada syetan yang membawakan pengaruh dari Iblis terlaknat kepada anak Adam, maka apa yang dilarang dalam ajaran Allah akan menjadi baik dalam pandangan hidup pendukung Dzulumat menurut Sunnah Syayatin, sebaliknya apa yang disuruh menurut Ajaran Allah akan menjadi jelek dalam pandangan pendukung Dzulumat menurut Sunnah Syayatin.
Semuanya terpulang kepada kita Umat Islam, apakah kenyataan ini sebagai hasil dari suatu Kemerdekaan, akan terus dipertahankan, ataukah kita perlu mereformasi Ajaran Nakek-Moyang dengan Ajaran Allah yang Maha Mulia itu.
Hidup memang terlalu singkat pada waktu yang telah dilalui, tapi terlalu lama untuk masa yang akan datang, Ingat saudara : “Allah tidak akan merobah nasib suatu bangsa kecuali Bangsa itu mau merobahnya dengan Qalam Allah menurut Sunnah Rasul-Nya”.
Berda’walah seakan-akan Allah yang berda’wah, dan terimalah bentuk olok-olokan mereka atau bahkan penghinaan mereka sebagai satu shadaqah sambil berdo’a semoga Allah memaafkan mereka, karena mereka belum tahu apa itu ajaran Allah menurut Sunnah Rasul-Nya.
Selanjutnya serahkan kepada Janji Allah, bahwa apabila Da’wah telah disampaikan, dan manusia masih saja menolak sambil bermain-main dalam hidup dan kehidupan ini, maka Sunatullah yang telah berlaku pada masa terdahulu akan berulang kembali berupa azab yang amat pedih, Azab itu datang bisa siang bisa di malam hari ketika manusia sedang tertidur lelap, bisa berupa angin putting beliung selama tuju hari tuju malam, atau dalam bentuk Gempa dahsyat sehingga permukaan bumi ini dibalik yang dibawah menjadi diatas dan Kota maupun Desa tertimbun sudah, bisa juga dengan Banjir besar karena Es di Kutub mencair disertai badai selama berhari-hari, bisa dengan berbagai penyakit menular dan sebagainya. Sunatullah ini masih berlaku karena ini semua merupakan janji Allah kepada para Nabi dan Orang-orang Beriman. 
E.Bukti peninggalan
Kunci Ka’bah


Pedang Rasulullah SAW


pedang
G.Hikmah mempelajari Sejarah Dakwah
·         Mengimani dengan sebenar-benarnya bahwa Muhammad saw adalah rasul dan nabi penutup para nabi

·         Mencintai Rasullulah 
·         Sabar dalam berdakwah dan mempelajari ilmunya atau menyebarkannya
·         Bersyukur terhadap apa yang telah ada
Share this post :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. INTISARI QUR'AN - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger