Husnuzzan (Berprasangka baik) kepada diri sendiri artinya
senantiasa memandang positif (positive thingking) terhadap diri sendiri.
Meyakini dan berusaha menggali segala potensi kebaikan yang ada dalam diri kita
untuk kemudian memanfaatkan sebesar-besarnya untuk kehidupan.
Orang yang husnuzzan atau berbaik sangka terhadap diri
sendiri, tetntu akan berperilaku terpuji terhadap dirinya sendiri, seperti
percaya diri, gigih, berinisiatif, dan rela berkorban.
www.adzikr.com
a. Percaya diri
Percaya diri atau biasa disebut dengan istilah PD, harus dimiliki oleh
orang-orang yang berakhlakul karimah, karena percaya diri termasuk sikap yang
terpuji. Dengan percaya diri seseorang akan merasa yakin bahwa Allah SWT telah
membekali kemampuan kepada hamba-Nya agar nantinya menjadi khalifah Allah yang
berguna baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain, karena dengan percaya
diri seseorang akan berani mengeluarkan pendapat dan berani pula melakukan
suatu tindakan.
Orang-orang yang mempunyai ilmu pengetahuan yang tinggi
dan ia memiliki percaya diri yang kuat, tentu akan mengamalkan ilmunya dengan
baik dan benar, sehingga akan bermanfaat bagi diri sendiri dan juga bagi orang
lain, tetapi sebaliknya jika orang berilmu pengetahuan tinggi dan ia tidak mempunyai percaya diri yang
kuat, tentu akan memperoleh kerugian dan mungkin malah bencana. Misalnya,
seseorang yang memiliki ketrampilam mengemudi mobil, tetapi ia tidak percaya
diri (mider) maka bisa terjadi kecelakaan dan mencelakakan orang lain.
Orang yang percaya diri, juga akan melaksanakan kewajiban
terhadap dirinya sendiri, misalnya akan menjaga kesehatan jasmani dan
rokhaninya, dan memelihara dari dari bencana yang akan menimpanya.
b. Gigih
Dalam kamus bahas
Isdonesia, kata gigih berasal dari bahasa Minagkabau yang artinya keras hati,
tabah, dan rajin. Menurut istilah gigih ialah usaha sekuat tenaga dan tidak
putus asa untuk mencapai sesuatu walau harus menghadapi rintangan.
Manusi adalah termasuk makhluk yang diwajibkan
berusaha/ikhtiar dalam memenuhi hajat hidupnya, baik yang berhubungan dengan
hidup di dunia maupun hidup di akhirat. Sesuatu yang kita harapkan tidak akan
datang dengan sendirinya. Namun, hal itu harus diusahakan dengan
sungguh-sunggh, sepenuh hati, dan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan.
Uasaha dangan gigih adalah usaha dengan sungguh-sungguh, lahir dan batin untuk
mencapai hasil yang yang dicita-citakan. Usaha lahir artinya berusaha sesuai
dengan kemampuan tenaga, harta dan fikiran. Sedangkan usaha batin adalah berdoa
/ memohon kepada Allah SWT agar diberi kemudahan dan keberhasilan dari yang
sedang diusahakan.
Sikap gigih yang disertai rasa optimis termasuk akhlakul
karimah, yang hendaknya diterapkan antara lain dalam hal berikut :
1). Menuntut ilmu
Menuntut ilmu disamping
hukumnya wajib, ilmu juga akan bermanfaat bagi pemiliknya. Dan Allah SWT
berjanji akan mengangkat derajat orang yang memiliki ilmu pengatuah disamping
orang-orang yang beriman. Sebagaimana firman-Nya :
Artinya :
“... niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat ... . (QS. Al-Mujaadilah
; 11)
Ilmu pengetahuan itu dapat dibagi menjadi dua macam,
yaitu ilmu pengetahuan tentang agama Islam (Ilmu
Hal ) dan ilmu pengetahuan umum (Ilmu
Ghairu Hal). Ilmu pengetahuan tentang agama Islam memberikan pedoman hidup
kepada umat manusia. Dengan pedoman itu diharapkan manusia tidak menempuh jalan
yang sesat dan menuju kepada kebinasaan, tetapi sebaliknya dengan pedoman itu
manusia akan menempuh jalan yang lurus yang diridai oleh Allah SWT.
Ilmu pengetahuan umum bertujuan agar umat manusia dapat menggali, mengolah
dan memanfaankan kekayaan alam, baik yang ada di darat dan di laut, maupun yang
ada di udara.
Kedua macam ilmu pengetahuan tersebut harus dipelajari
secara sungguh-sungguh dan rajin dengan dilandasi niat yang ikhlas karena Allah
SWT, serta untuk memperoleh rida-Nya dan rahmat-Nya. Bila kedua macam ilmu
tersebut sudah dikuasai, dipahami dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari,
tentu akan menjadikan pemiliknya memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan di
akhirat kelak.
Rosululloh SAW bersabda :
َمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ
فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ ﴿رواه مسلم ﴾
Artinya : “Barang siapa melewati jalan dimana ia menuntut ilmu pada jalan
itu, niscaya Allah memudahkan kapdanya jalan menuju sorga” (HR. Muslim)
2). Bekerja mencari
rizki yang halal
Orang Islam selain
berkewajiban menunaikan ibadah kepada Allah (salat), juga berkewajiban mencari
rezeki untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seseorang yang mampu memenuhi
kebutuhan hidupnya hasil usaha sendiri, kedudukannya di sisi Allah lebih baik
dari orang minta-minta, yang keberadaannya dalam hidupnya menjadi beban orang
lain.
Bekerja mencari rezeki yang halal bisa melalui berbagai
bidang usaha, misalnya : pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan,
perdagangan, transportasi, perburuhan, pertukangan dan perindustrian.
Bekerja dalam bidang-bidang usaha seperti tersebut hendaknya dilakukan
dengan gigih dan sungguh-sungguh dengan dilandasi niat yang ikhlas karena Allah
SWT untuk memperoleh rida dan rahmat-Nya. Insya Allah dengan cara seperti ini,
akan memperoleh hasil kerja yang optimal.
Perhatikan firman Allah berikut ini :
Artinya :
“... Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merobah keadaan ...” ( QS. Ar-Ra’du ; 11 )
3). Berinisiatif
Berinisiatif artinya berfikir dan bertindak dengan
kesadaran sendiri tanpa menunggu perintah. Hal ini merupakan perilaku yang
terpuji karena sifat tersbut mampu berprakarsa melakukan kegiatan yang positif
serta menghindarkan sikap apriori. Dalam berinisiatif selalu menggunakan nalar
ketika bertindak di dalam berbagai situasi dan mampu berprakarsa melakukan
kegiatan yang bermanfaat baik untuk kepentingan sendiri maupun orang lain.
Orang yang berinisiatif disebut inisiator, yaitu mereka
yang memiiki gagasan atau prakarsa untuk membangun atau mengerjakan sesuatu
yang baru dan positif guna kepentingan bersama.
Inisiatif yang positif dapat diterapkan dalam berbagai
bidang, seperti bidang pendidikan dan pengajaran, bidang ilmu pengetahuan dan teknologi,
bidang politik dan ekonomi, bidang keamanan dan ketertiban, bidang pertanian
dan perikanan, serta bidang kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
Orang mukmin yang memiliki pengetahuan yang tinggi dalam
bidang apapun, hendaknya memiliki banyak inisiatif, untuk kepentingan dan
kemajuan umat manusia, agar keadaan umat manusia terus meningkat kearah yang
lebih baik dan lebih maju. Misalnya melalui ilmu pengetahuan dan tekhnologi
dapat memprodusi alat-alat pertanian dan perikanan yang canggih, yang belum
ada, untuk meningkat hasil pertanian dan perikanan.
Upaya untuk menumbuhkan jiwa berinisiatif agar mampu
bersikap mandiri dapat ditempuh melalui barbagai cara sebagai berikut :
1. Bekerja
sesuai keadaan dan bakat masing-masing (QS. Al-Isra ; 84)
2. Bekerja
keras secara sungguh-sungguh ( QS. An-Nisa ; 100)
3. Tidak
ikut-ikutan tanpa dasar dan tanpa ilmu pengetahuan (QS. Al-Isra ; 36)
4. Senantiasa menggunakan akal dalam bertindak
(QS. Yunus ; 100)
5. Membiasakan perilaku kearah yang lebih baik
6. Mencari ide atau cara baru yang lebih baik
4).
Rela berkorban
Rela berkorban maksudnya adalah bersedia dan ikhlas
memberikan sesuatu (tenaga, Husnuzzan (Berprasangka baik) kepada diri sendiri artinya
senantiasa memandang positif (positive thingking) terhadap diri sendiri.
Meyakini dan berusaha menggali segala potensi kebaikan yang ada dalam diri kita
untuk kemudian memanfaatkan sebesar-besarnya untuk kehidupan.
Orang yang husnuzzan atau berbaik sangka terhadap diri
sendiri, tetntu akan berperilaku terpuji terhadap dirinya sendiri, seperti
percaya diri, gigih, berinisiatif, dan rela berkorban.
a. Percaya diri
Percaya diri atau biasa disebut dengan istilah PD, harus dimiliki oleh
orang-orang yang berakhlakul karimah, karena percaya diri termasuk sikap yang
terpuji. Dengan percaya diri seseorang akan merasa yakin bahwa Allah SWT telah
membekali kemampuan kepada hamba-Nya agar nantinya menjadi khalifah Allah yang
berguna baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain, karena dengan percaya
diri seseorang akan berani mengeluarkan pendapat dan berani pula melakukan
suatu tindakan.
Orang-orang yang mempunyai ilmu pengetahuan yang tinggi
dan ia memiliki percaya diri yang kuat, tentu akan mengamalkan ilmunya dengan
baik dan benar, sehingga akan bermanfaat bagi diri sendiri dan juga bagi orang
lain, tetapi sebaliknya jika orang berilmu pengetahuan tinggi dan ia tidak mempunyai percaya diri yang
kuat, tentu akan memperoleh kerugian dan mungkin malah bencana. Misalnya,
seseorang yang memiliki ketrampilam mengemudi mobil, tetapi ia tidak percaya
diri (mider) maka bisa terjadi kecelakaan dan mencelakakan orang lain.
Orang yang percaya diri, juga akan melaksanakan kewajiban
terhadap dirinya sendiri, misalnya akan menjaga kesehatan jasmani dan
rokhaninya, dan memelihara dari dari bencana yang akan menimpanya.
b. Gigih
Dalam kamus bahas
Isdonesia, kata gigih berasal dari bahasa Minagkabau yang artinya keras hati,
tabah, dan rajin. Menurut istilah gigih ialah usaha sekuat tenaga dan tidak
putus asa untuk mencapai sesuatu walau harus menghadapi rintangan.
Manusi adalah termasuk makhluk yang diwajibkan
berusaha/ikhtiar dalam memenuhi hajat hidupnya, baik yang berhubungan dengan
hidup di dunia maupun hidup di akhirat. Sesuatu yang kita harapkan tidak akan
datang dengan sendirinya. Namun, hal itu harus diusahakan dengan
sungguh-sunggh, sepenuh hati, dan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan.
Uasaha dangan gigih adalah usaha dengan sungguh-sungguh, lahir dan batin untuk
mencapai hasil yang yang dicita-citakan. Usaha lahir artinya berusaha sesuai
dengan kemampuan tenaga, harta dan fikiran. Sedangkan usaha batin adalah berdoa
/ memohon kepada Allah SWT agar diberi kemudahan dan keberhasilan dari yang
sedang diusahakan.
Sikap gigih yang disertai rasa optimis termasuk akhlakul
karimah, yang hendaknya diterapkan antara lain dalam hal berikut :
1). Menuntut ilmu
Menuntut ilmu disamping
hukumnya wajib, ilmu juga akan bermanfaat bagi pemiliknya. Dan Allah SWT
berjanji akan mengangkat derajat orang yang memiliki ilmu pengatuah disamping
orang-orang yang beriman. Sebagaimana firman-Nya :
Artinya :
“... niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat ... . (QS. Al-Mujaadilah
; 11)
Ilmu pengetahuan itu dapat dibagi menjadi dua macam,
yaitu ilmu pengetahuan tentang agama Islam (Ilmu
Hal ) dan ilmu pengetahuan umum (Ilmu
Ghairu Hal). Ilmu pengetahuan tentang agama Islam memberikan pedoman hidup
kepada umat manusia. Dengan pedoman itu diharapkan manusia tidak menempuh jalan
yang sesat dan menuju kepada kebinasaan, tetapi sebaliknya dengan pedoman itu
manusia akan menempuh jalan yang lurus yang diridai oleh Allah SWT.
Ilmu pengetahuan umum bertujuan agar umat manusia dapat menggali, mengolah
dan memanfaankan kekayaan alam, baik yang ada di darat dan di laut, maupun yang
ada di udara.
Kedua macam ilmu pengetahuan tersebut harus dipelajari
secara sungguh-sungguh dan rajin dengan dilandasi niat yang ikhlas karena Allah
SWT, serta untuk memperoleh rida-Nya dan rahmat-Nya. Bila kedua macam ilmu
tersebut sudah dikuasai, dipahami dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari,
tentu akan menjadikan pemiliknya memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan di
akhirat kelak.
Rosululloh SAW bersabda :
َمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ
فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ ﴿رواه مسلم ﴾
Artinya : “Barang siapa melewati jalan dimana ia menuntut ilmu pada jalan
itu, niscaya Allah memudahkan kapdanya jalan menuju sorga” (HR. Muslim)
2). Bekerja mencari
rizki yang halal
Orang Islam selain
berkewajiban menunaikan ibadah kepada Allah (salat), juga berkewajiban mencari
rezeki untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seseorang yang mampu memenuhi
kebutuhan hidupnya hasil usaha sendiri, kedudukannya di sisi Allah lebih baik
dari orang minta-minta, yang keberadaannya dalam hidupnya menjadi beban orang
lain.
Bekerja mencari rezeki yang halal bisa melalui berbagai
bidang usaha, misalnya : pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan,
perdagangan, transportasi, perburuhan, pertukangan dan perindustrian.
Bekerja dalam bidang-bidang usaha seperti tersebut hendaknya dilakukan
dengan gigih dan sungguh-sungguh dengan dilandasi niat yang ikhlas karena Allah
SWT untuk memperoleh rida dan rahmat-Nya. Insya Allah dengan cara seperti ini,
akan memperoleh hasil kerja yang optimal.
Perhatikan firman Allah berikut ini :
Artinya :
“... Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merobah keadaan ...” ( QS. Ar-Ra’du ; 11 )
3). Berinisiatif
Berinisiatif artinya berfikir dan bertindak dengan
kesadaran sendiri tanpa menunggu perintah. Hal ini merupakan perilaku yang
terpuji karena sifat tersbut mampu berprakarsa melakukan kegiatan yang positif
serta menghindarkan sikap apriori. Dalam berinisiatif selalu menggunakan nalar
ketika bertindak di dalam berbagai situasi dan mampu berprakarsa melakukan
kegiatan yang bermanfaat baik untuk kepentingan sendiri maupun orang lain.
Orang yang berinisiatif disebut inisiator, yaitu mereka
yang memiiki gagasan atau prakarsa untuk membangun atau mengerjakan sesuatu
yang baru dan positif guna kepentingan bersama.
Inisiatif yang positif dapat diterapkan dalam berbagai
bidang, seperti bidang pendidikan dan pengajaran, bidang ilmu pengetahuan dan teknologi,
bidang politik dan ekonomi, bidang keamanan dan ketertiban, bidang pertanian
dan perikanan, serta bidang kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
Orang mukmin yang memiliki pengetahuan yang tinggi dalam
bidang apapun, hendaknya memiliki banyak inisiatif, untuk kepentingan dan
kemajuan umat manusia, agar keadaan umat manusia terus meningkat kearah yang
lebih baik dan lebih maju. Misalnya melalui ilmu pengetahuan dan tekhnologi
dapat memprodusi alat-alat pertanian dan perikanan yang canggih, yang belum
ada, untuk meningkat hasil pertanian dan perikanan.
Upaya untuk menumbuhkan jiwa berinisiatif agar mampu
bersikap mandiri dapat ditempuh melalui barbagai cara sebagai berikut :
1. Bekerja
sesuai keadaan dan bakat masing-masing (QS. Al-Isra ; 84)
2. Bekerja
keras secara sungguh-sungguh ( QS. An-Nisa ; 100)
3. Tidak
ikut-ikutan tanpa dasar dan tanpa ilmu pengetahuan (QS. Al-Isra ; 36)
4. Senantiasa menggunakan akal dalam bertindak
(QS. Yunus ; 100)
5. Membiasakan perilaku kearah yang lebih baik
6. Mencari ide atau cara baru yang lebih baik
4).
Rela berkorban
Rela berkorban maksudnya adalah bersedia dan ikhlas
memberikan sesuatu (tenaga, harta, ide/pemikiran) untuk kepentingan orang lain
atau masyarakat, meski kadang-kadang hal itu bisa membuat dirinya sendiri
menjadi susah atau menderita. Perilaku egois (mementingkan diri sendiri),
hedonis (mengutamakan kesenangan duniawi), dan materialistis (mementingkan
materi semata) adalah lawan dari sikap rela berkorban yang harus kita hindari.
Dalam Alquran dinyatakan
bahwa, jika ingin
sampai kepada kebaikan yang sempurna salah satunya adalah kita harus rela
memberikan sebagian dari harta benda kita untuk perjuangan membela agama, juga
kepada fakir miskin.
Artinya : “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan
(yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai.
Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya“.(QS. Ali Imran ; 92)., ide/pemikiran) untuk kepentingan orang lain
atau masyarakat, meski kadang-kadang hal itu bisa membuat dirinya sendiri
menjadi susah atau menderita. Perilaku egois (mementingkan diri sendiri),
hedonis (mengutamakan kesenangan duniawi), dan materialistis (mementingkan
materi semata) adalah lawan dari sikap rela berkorban yang harus kita hindari.
Dalam Alquran dinyatakan
bahwa, jika ingin
sampai kepada kebaikan yang sempurna salah satunya adalah kita harus rela
memberikan sebagian dari harta benda kita untuk perjuangan membela agama, juga
kepada fakir miskin.
Artinya : “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan
(yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai.
Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya“.(QS. Ali Imran ; 92).
Post a Comment