Headlines News :
Home » » Keteladanan Rosulullah Periode Makkah

Keteladanan Rosulullah Periode Makkah

Written By Aajum on Sunday, November 27, 2011 | 8:16 AM


A.    Bangsa Arab Sebelum Islam
1.      Kepercayaan orang arab sebelum islam
Bangsa Arab Kuno (jahiliyah) sebelum kedatangan Islam telah mengenal dua macam kepercayaan. Yaitu agama samawi dan kepercayaan animisme dan dinamisme.

a.       Agama Samawi atau Tauhid
Yang dimaksud agama samawi saat itu adalah agama Yahudi dan Nasrani. Agama Yahudi bersumber dari ajaran Nabi Musa as. Yang terdapat dalam kitab Taurat. Pemeluk Yahudi pada waktu itu sudah mulai menyimpang jauh dari ajaran yang terdapat dalam kitab Taurat. Diantaranya mereka mempercayai bahwa Uzair sebagai anak Allah, dan mereka tidak percaya akan turunya Nabi Isa as.
Agama Nasrani atau Kristen dibawa oleh Nabi Isa as. Kitab sucinya adalah Injil. Pemeluk Nasrani juga banyak yang menyimpang dari isi kitab Injil. Diantaranya mereka mempercayai bahwa Isa sebagai anak Tuhan, mereka juga menolak kenabian Muhammad SAW. Pada masa itu ada orng-orang Nasrani yang percaya bahkan menunggu-nunggu turunya Nabi Muhammad SAW. Diantaranya adala : Zaid bin Naufal, Warokoh bin Naufal, Umayyah bin Abi Salt dan Khalid bin Sinan.
b.      Kepercayaan Animisme dan Dinamisme
Animisme merupakan kepercayaan terhadap kekuatan rohyang mendiami benda, pohon, batu dan sungai.
Dinamisme adalah kepercayaan bahwa segala benda memiliki kekuatan yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia.
Kepercayaan animisme dan dinamisme telah menjelma menjadi agama ardli, yaitu Majusi ndan Zoroaster. Sedangkan di  kawasan Makkah menjadi penyembahan terhadap berhala.

2.      Sifat dan Watak Orang Arab
Setiap bangsa tentu mempunyai sifat dan watak khusus yang berbeda dengan bangsa lainya, sesuai dengan keadaan wilayah, budaya, tata nilai dan geografisnya. Baik sifat terpuji maupun sifat yang buru.
a.       Sifat baik Bangsa Arab
Diantara sifat-sifat baik bangsa Arab adalah :
1)      Pemberani
2)      Suka hidup bebas
3)      Menepati janji
4)      Pantang mundur
5)      Suka menolong
6)      Menghormati tamu
7)      Tingkat apresiasi sastranya sangat tinggi
8)      Kuat hafalanya
b.      Sifat Buruk Bangsa Arab
Diantara sifat-sifat buruk bangsa Arab adalah :
1)      Malu memiliki anak perempuan
2)      Menikahi janda dari bapaknya
3)      Suka berpesta pora dan mabuk-mabukkan



B.     Muhammad Saw Sebelum Kenabian
1.      Masa kecil muhammad SAW
Nabi Muhammad SAW lahir di Makkah pada hari Senin, tanggal 12 Rabi’ul Awwal tahun Gajah. Ayahnya bernama Abdullah dan ibunya Aminah. Saat lahir belau sudah yatim, karena ayahnya telah meninggal dunia di Yasrib (Madinah) waktu beliau masih dalam kandungan. Kakeknya (Abdul Muthalib) segera membawa sang bayi ke Ka’bah untuk towaf dan berdo’a serta membuat selamatan dan memberi nama sang bayi Muhammad, artinya orang yang terpuji.

Suatu kebiasaan bangsawan Arab bahwa bayi-bayi mereka selalu disusukan kepada wanita-wanita desa dari pegunungan, yang datang ke kota agar dapat menyusui bayi-bayi bangsawan yang kaya sehingga akan mendapatkan upah yang besar. Udara desa yang bersih sangat baik untuk pertumbuhan bayi, pergaulan hidup ala desa akan membekali anak-anak tumbuh dengan memiliki sopan santun yang baik. Selain itu anak-anak akan mengenal bahasa arab yang asli sehingga kelak akan menjadikanya fasikh dalam berbahasa Arab.

Akhirnya Muhammad mendapat ibu susuan Halimah Sa’diah, walaupun ibunya Muhammad (Aminah) bukan orang kaya, namun Halimah mau menerimanya. Karena sang bayi sangat memikat hatinya, ia berharap kelak akan mendapatkan berkah dari bayi Muhammad tersebut. Ternyata harapan Halimah Sa’diah menjadi kenyataan, kambing-kambing piaraanya menjadi gemuk-gemuk sehingga menghasilkan lebih banyak susu, dan rumput di tempat penggembalaan kambingnya tumbuh menjadi lebih subur.

Pada saat Muhammad berusia 4 tahun Halimah mengembalikanya kepada Aminah. Dan 2 tahun kemudian ibunya meninggal dunia saat perjalanan pulang dari ziarah ke makam suaminya (Abdullah) di Yasrib. Usia 6 tahun Muhammad telah jadi yatim piatu. Kemudian Muhammad diasuh olek kakeknya Abdul Muthalib 2 tahun kemudian kakeknya juga meninggal dunia. Sebagai gantinya Muhammad diasuh oleh pamanya yaitu Abu Thalib. Meski miskin Abu Thalib sangat sihormati oleh kaumnya.

Dalam asuhan Abu Thalib Muhammad harus bekerja keras, banting tulang untuk membantu pamanya mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Akhirnya Muhammad tumbuh menjadi pemuda yang mandiri, bertanggung jawab dan amanah.

2.      Bertemu pendeta bukhaira
Saat usianya menginjak 12 tahun Muhammad diajak Abu Thalibikut dengan rombongan kafilah dagang ke Syam. Sebenarnya perjalanan ini sangat berat untuk anak usia 12 tahun. Di perjalanan seorang pendeta Nasrani bernama Bukhaira tertarik kepada rombongan kafilah yang didalamnya terdapat Muhammaditu, karena mereka selalu diikuti oleh naungan awan yang melindunginya dari sengatan matahari. Hatinya tergetar ketika dalam rombongan tadi terdapat pemuda yang memancarkan sinar dan sebetulnya dialah yang selalu dilindungi oleh segumpal awan. Bukhaira berpikir inilah tanda kenabian sebagimana dijelaskan dalam  Injil.

Akhirnya Bukhaira berpesan kepada Abu Thalib agar menjaga anak tersebut dengan baik, terutama dari orang-orang Yahudi. “ Bila orang Yahudi tahu tanda-tanda yang ada pada keponakanmu, pasti mereka akan berusaha membunuhnya”. Abu Thalib bergegas menyelesaikan urusanya di Syam dan setelah beres segera membawa Muhammad pulang ke Makkah. Ia merasa tanggung jawabnya lebih besar terhadap keponakanya setelah mendapat pesan dari Bukhaira.

3.      Mendapat gelar al amin
Ketika Muhammad berusia 15 tahun belau telah cakap dan terampil berdagang. Dalam berdagang belau menjaga dan mengutamakan kejujuran dan kepercayaan.semakin hari relasinya semakin banyak, mereka pada senang berdagang dengan Muhammad, karena Muhammad tidak pernah menipu dalam berdagang dan dapat dipercaya. Oleh karena itu orang-orang menjulukinya Al Amin yang berarti orang yang dapat dipercaya.

4.      Menikah dengan khadijah
Pada usia 25 tahun, Khadijah seorang janda jutawan meminta Muhammad untuk membawa daganganya ke Syam. Tawaran tersebut diterimanya dengan senang dan rasa tanggung jawab yang besar. Ditemani oleh Maesaroh Muhammad menjalankan misi dagangnya ke Syam dengan hasil gilang-gemilang. Hal ini menyebabkan Khadijah yang sejak awal memang sudah tertarik dengan penampilan Muhammad menjadi semakin tertarik.
Dengan bantuan Maesaroh akhirnya Khadijah menikah dengan Muhammad. Pada saat itu usia Khadijah 40 tahunsedangkan usia Muhammad 25 tahun. Walaupun berbeda usia mereka tetap bahagia.

C.    Tahapan Tahapan Dakwah Rasulullah Saw
1.      Dakwah Dengan Sebunyi-sembunyi
Setelah Rasulullah mendapatkan wahyu kedua ( QS. Al Mudatsir: 1 – 7 ) yang berisi perintah Allah agar Rasulullah SAW bergegas memberi peringatan (dakwah), maka beliau bergegas menyampaikan risalah yang diterimanya kepada orang-orang disekitarnya. Pertama beliau mengajak istrinya Khadijah, Ali bin Abi Thalib,Abu Bakar, Usman, Zubair, Sa’ad, Abdurrahman, Thalhah, Abu Ubaidah dan Arqom bin Abil Arqom. Mereka mendapat dakwah dengan sembunyi-sembunyi namun langsung menerima dengan ikhlas untuk menjadi seorang muslim. Mereka inilah orang-orang pertama yang menerima Islam, mereka dikenal sebagai Assabiqunal Awwalun, dan bermarkas di rumah Arqom bin Abil Arqom.

2.      Dakwah kepada keluarga
Rasulullah merasa penting untuk terlebih dulu menyampaikan seruan dakwah kepada sanak keluarganya, yaitu Bani Abdul Muthalib dengan harapan mereka dapat dengan mudah meneriman Islam, mengingat adanya hubungan darah antara mereka dengan Rsulullah SAW. Setelah Bani Abdul Muthalib Berkumpul dan mendengarkan dakwah beliau sebagaian diantaranya menyambut baik bahkan menerimanya, namun sebagian yang lain tidak menerimanya bahkan menolak dan memusuhinya. Kelompok yang menentangnya dipelopori oleh Abu Jahal, Abu Lahab dan Istrinya.

3.      Dakwah dengan terang-terangan
Rasulullah SAW menerima wahyu QS. Al Hijr : 94.

فاسدع بما تؤمرواعرض عن المشركين

Setelah turunya wahyu tadi Rasulullah tidak ragu lagi untuk berdakwah dengan terang-terangan. Beliau segera menyeru kepada seluruh masyarakat dari kaum bangsawan maupun rakyat jelata bahkan budak sekalipun. Dimulai dari penduduk Makkah kemudian penduduk kota-kota lain, negeri lain, terutama saat pelaksanaan ibadah hajji.

D.    Tantangan Dakwah Rasulullah Saw
1.      Ancaman abu lahab
Pada suatu jamuan makan Rasulullah SAW menggunakan kesempatan itu untuk berdakwah. Tiba-tiba Abu Lahab berteriak : “Tangkap Muhammad ! Kalau tidak kalian akan dikeroyok oleh semua orang Arab, gara-gara Muhammad ini. Bila itu sampai terjadi aku tidak tahu bagaimana jadinya”. Mendengar itu Abu Thalib marah dan segera bangkit dan menjawab : “Demi Allah ! Selama kami masih hidup, Muhammad selalu kami lindungi”. 

Pada kesempatan lain Nabi Muhammad SAW berdakwah lebih luas lagi, beliau menaiki bukit Sofa berteriak menyeru orang-orang untuk mendengarkan dakwahya. Diantara mereka ada yang menerima, ada yang bimbang dan banyak yang menentangnya, mereka berkata bahwa Muhammad telah gila. Saat itu Abu Lahab berkata : “Celakalah engkau wahai Muhammad ! untuk inikah engkau mengumpulkan kami ?” Dari ucapan Abu Lahab ini turunlah QS Al Lahab : 1 – 5 sebagai celaan terhadap Abu Lahab dan Istrinya.

2.      Ancaman para penguasa
Para penguasa dan bangsawan Quraisy adalah orng-orang yang paling tersinggung oleh ajaran Islam, terutama ajaran tentang persamaan derajat. Mereka tidak rela bila harus disejajarkan dengan pengikut-pengikut Muhammad SAW yang terdiri dari kaum wanita, pekerja, budak dan orang-orang miskin dan lemah, namun semangat keimananya membaja.

Para penguasa tahu bahwa pokok kekuatan Nabi Muhammad SAW ada pada perlindungan dari Abu Thalib. Abu Thalib diancam dan diharuskan untuk memilih dua hal. Memerintahkan Muhammad untuk menghentikan dakwah atau menyerahkanya kepada mereka.

Abu Thalib terpengaruh oleh ultimatum tadi, kemudian membujuk Nabi Muhammad SAW untuk menghentikan dakwahnya. Namun Nabi Muhammad menjawab : “Demi Allah ! Saya tidak akan berhenti memperjuangkan amanat Allah ini, walaupun seluruh keluarga dan sanak saudara akan mengucilkan saya. Mendengar jawaban itu Abu Thalib berkata : “Teruskanlah ! Demi Allah, aku akan terus membelamu”.

3.      Bujukan Walid bin Mughirah
Kafir Quraisy mencoba membujuk Abu Thalib dengan mengirim Walid bin Mughirah dengan membawa pemuda rupawan bernama Umarah bin Walid, Walid bin Mughirah berkata kepada Abu Thalib : “ Ambillah pemuda ini menjadi anakmu, tetapu serahkan Muhammad kepada kamiuntuk kami bunuh”. Abu Thalib langsung menolak usul itu seraya berkata : “Sungguh jahat pikiran kalian. Kalian serahkan anak kalian untuk kami asuh, tetapi aku  serahkan keponakanku untuk kamu bunuh, sungguh saya tidak mungkin menerimanya”.

4.      Bujukan utbah bin rabi’ah
Pada kesempatan lain kafir Quraisy mengirim Utbah bin Rabi’ah untuk menemui Nabi secara langsung dengan menawarkan takhta, harta, wanita dan apa saja yang diinginkanya termasuk menjadi raja, asalkan mau menghentikan dakwahnya. Nabi Menolaknya dengan mengatakan : “Demi Allah ! Biarpun mereka meletakan matahari ditangan kananku dan bulan di tangan kiriku, aku tidak akan menghentikan dakwah agama Allah ini hingga agama Allah ini menang atau aku binasa karenanya”. Jawaban ini membuat Utbah terperanjat dan akhirnya mundur teratur.

5.      Siksaan kaum kafir quraisy
Setelah gagal membujuk Nabi Muhammad SAW untuk menghentikan dakwahnya, kafir Quraisy mencoba dengan cara kekerasan. Mereka sulit untuk menyiksa Nabi Muhammad SAW karena adanya Bani Hasyim dibelakangnya. Tetapi para pengikut Nabi tidak bisa luput dari penderitaan dan penyiksaan, dari dicambuk, dipukul, tidak diberi makan, dijemur dibawah terik matahari dan ditindih batu, sampai ada yang dibunuh. Kerasnya siksaan Quraisy terhadap pengikut Nabi yang lemah, dihadapi dengan kokohnya dinding iman yang telah membaja. Diantara orang-orang yang harus menghadapi siksaan untuk mempertahankan keimananya  adalah Bilal bin Rabah, Ammar bin Yasir, Sumayah, Khabab ibnul Arats, dll.

6.      Hijrah ke abessinea (habasyah)
Karena perlakuan kejam yang diterima pengikutnya sudah di luar batas kemanusiaan, maka Nabi Muhammad SAW menyuruhnya Hijrah Ke Habasyah. Maka berangkatlah serombongan sahabat Nabi yang dipimpin oleh Ja’far bin Abi Thalib. Sesampainya di Habasyah mereka diterima dengan tangan terbuka  oleh raja Najashi bahkan diperlakukan dengan sangat baik dan dimuliakan. Untuk sementara kaum muslimin meresa tenag berada di Habasyah.  Kaum muslimin begitu menarik simpati raja dan masyarakat di sana, sehingga diberi kebebasan untuk beribadah meskipun agama mereka berbeda. Saking dipercayanya maka  bujukan kafir Quraisy agar kaum muslimin dideportasi juga ditolak mentah-mentah oleh raja Najashi.

7.      Pemboikotan bani hasyim
Dengan masuknya Hamzah bin Abdul Muthalib dan Umar bin Khatab kaum muslimin semakin kuat dan percaya diri. Akan tetapi kafir Quraisy semakin limbung dalam menghadapi Nabi Muhammad SAW strategi selanjutnya adalah melumpuhkan Bani Hasyim Yang selalu menjadi tempat perlindungan Nabi SAW. Akhirnya mereka sepakat untuk memboikot Bani Hasyim. Seluruh bangsa Arab diperintahkan untuk tidak berhubungan apapun dengan Bani Hasyim. Akibat pemboikotan ini Bani Hasyim mengalami penderitaan yang luar biasa, akhirnya mereka mengungsi disebuah lembah diluar kota Makkah, mereka tidak bisa menjual, membeli,  tegur sapa apalagi melakukan pernikahan. Di lembah pengasingan mereka makan apa saja yang bisa untuk dimakan walaupun tidak umum sebagai makanan. Ada diantara mereka yang mengatakan bahwa kotoran mereka hampir sama dengan kotoran unta karena yang dimakanya adalah rumput, sebagimana yang dimakan oleh unta . Pemboikotan ini berlangsung selama 3 tahun dan akhirnya pemimpin Quraisy menyadari bahwa tindakan mereka itu sangat keterlaluan, maka pemboikotanpun dihentikan.

8.      Tahun dukacita
Setelah bani Hasyim kembali ke rumah masing-masing, begitu pula Nabi dan sanak keluarganya. Tiba-tiba Abu Thalib meninggal dunia, Nabi saw begitu sedih karena Abu Thaliblah yang menyebabkan kafir Quraisy tidak berani mengganggunya. Tiga hari kemudian Khotijah juga meninggal dunia, duka Nabi semakin bertambah, karena Khotijah bagi Nabi bukan  sekedar istri tapi sebagai pelipur lara, pelindung sekaligus rekan seperjuangan dikala suka maupun duka. Peristiwa itu terjadi pada tahun ke 10 kenabian, begitu dalamnya duka Nabi ditinggal oleh dua orang yang paling berarti sepanjang perjalanan hidupnya.Tahun itu kemudian dinamakan sebagai ‘amul huzn atau tahun duka cita.


























Share this post :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. INTISARI QUR'AN - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger