- Jual Beli
a. Pengertian, Dasar Hukum, Hukum Jual Beli
Jual beli ialah persetujuan saling mengikat antara penjual (yakni pihak yang menyerahkan/menjual barang) dan pembeli (sebagai pihak yang membayar/membeli barang yang dijual).
نَهَى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ بَيْعُ الْغَرَرِ(رواه مسلم)
Artinya:
Rukun dan Syarat Jual Beli
Ø Orang yang melakukan akad jual beli (penjual dan pembeli). Syaratnya:
§ Berakal
§ Balig
§ Berhak menggunakan hartanya.
Ø Sigat atau ucapan ijab dan kabul.
Ø Barang yang diperjualbelikan.syaratnya:
§ Barang halal
§ Ada manfaatnya.
§ Barang ada di tempat, atau sudah tersedia ditempat lain.
§ Milik si penjual atau berada di bawah kekuasaannya.
§ Zat, bentuk, kadar dan sifatnya diketahui kedua pihak
Ø Nilai barang yang dijual (berupa uang).
Syaratnya:
— Harga jual harus jelas jumlahnya
— Nilai tukar barang dapat diserahkan pada saat transaksi.
— Apabila transaksi dengan barter (Al-Muqayadah), naka tidak boleh dengan barang yang haram.
— Khiyar
— Khiyar adalah hak memilih bagi si penjual dan si pembeli untuk meneruskan jual-belinya atau membatalkan karena adanya sesuatu hal. Misal cacat pada barang.
— Hukum Islam membolehkan hak khiyar, agar tidak ada penyesalan. Jika ada penyesalan dalam jual beli, maka sunah untuk membatalkan, dengan cara mengembalikan barang kepada penjual.
— مَنْ اَقَالَ اَخَاهُ بَيْعًا اَقَالَ اللهُ عَثْرَتَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ {رواه طبراني}
— Barang siapa yang rela mencabut jual beli terhadap saudaranya, maka Allah pun akan mencabut kerugiannya dihari kiamat (HR. Thabrani)
. Macam-macam Jual Beli
1). Jual beli yang sah (terpenuhi rukun dan syaratnya)
2). Jual beli yang tidak sah (tidak terpenuhi rukun dan syaratnya)
Contoh:
— Jual beli sesuatu yang termasuk najis (bangkai, daging babi)
— Jual beli air mani hewan ternak.
نَهَي النّبِيُّ صَلَّي اللهُ عَليْهِ وَسَلّمَ عَنْ عَسَبِ الْفَحْلِ {رواه البخاري}
Rasulullah SAW telah melarang menjual mani hewan(HR. Bukhori)
— Jual beli anak hewan yang masih berada dalam kandungan.
اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَي عَنْ بَيْعٍ حَبَلِ الَحَبْلَةِ {رواه البخاري
و مسلم}
Bahwa Rasulullah SAW telah melarang menjual anak (hewan) yang masih berada dalam perut induknya
— Jual beli yang mengandung kecurangan dan penipuan
3). Jual beli yang sah tetapi terlarang(fasid),
terlarang karena:
— Merugikan si penjual, pembeli, dan orang lain
— Mempersulit peredaran barang
— Merugikan kepentingan umum.
Contoh:
Ø Jual beli dengan maksud untuk ditimbun
لاَ يحْتَكِرُ اِلاَّ خَاطِئٌ {رواه مسلم}
Tidak akan menimbun barang kecuali orang yang salah atau durhaka (HR. Muslim)
4).Jual beli Najsyi
Yaitu menawar sesuatu barang dengan maksud untuk mempengaruhi orang lain agar mau membeli barang yang ditawarnya, sedangkan yang menawar barang tersebut adalah teman sipenjual.
نَهَي النَّبِيُّ صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ النَّجْشِ{رواه مسلم}
Rasulullah SAW melarang jual beli dengan cara najsyi. (HR. Bukhori dan Muslim)
5).Monopoli
Yaitu menimbun barang agar orang lain tidak membeli walaupun barang telah melampaui harga pasaran. Rasulullah SAW melarang jual beli seperti ini, karena akan merugikan kepentingan umum.
2. Simpan Pinjam
Rukun dan syarat utang piutang atau simpan pinjam meminjam, menurut hukum Islam adalah:
a. Yang berpiutang dan yang berutang syaratnya:
1). Sudah baligh dan berakal sehat
2). Yang berpiutang tidak meminta pembayaran melebihi pokok piutang
3). Peminjam tidak boleh menunda-nunda pembayaran utangnya.
Hadits Nabi tentang Orang yang memberi hutang dan Peminjam
كُلُّ قَرْضٍ جَرَّ مَنْفََعَةً فَهُوَ رِبًا {رواه الحارس ابن امامة}
“Setiap piutang yang sengaja untuk mencari manfaat
(pembayaran lebih) adalah riba” (HR. Haris bin Abi Imamah)
مَطْلُ الغَنِيُّ ظُلْمٌ
“Orang yang mampu yang melalaikan kewajiban
membayar utangnya adalah zalim (HR. Ahmad dan Tirmizi)
b. Barang (uang) yang diutangkan atau dipinjamkan adalah
milik sah dari yang meminjamkan.
Pengembalian utang tidak boleh kurang nilainya.
Disunahkan mengembalikan lebih dari pokok utangnya.
خِيَارُكُمْ اَحَاسِنُكُمْ قَضَاءً {رواه احمد والترمذي}
“Orang yang paling baik di antara kamu ialah orang yang membayar utangnya dengan lebih baik” (HR. Ahmad dan Tirmizi)
Post a Comment